Jakarta: Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki gejolak perubahan yang disebabkan faktor internal dan eksternal. Perubahan ini dapat mengarah pada perbaikan mutu hidup bila masyarakat tepat menyikapinya.
Sebaliknya, perubahan justru dapat membawa malapetaka bila salah menangani. Sehingga, muncul pertanyaan 'Bagaimana sebaiknya para ahli arkeologi berperan dalam upaya mengatasi masalah kehidupan berbangsa'.
Masalah kebangsaan tidak pernah terlepas dari sikap dan perilaku budaya. Kebudayaan adalah tolok ukur sebuah bangsa mencapai peradaban tertentu. Dalam hal ini, peran arkeolog sangat penting dalam membentuk kesatuan dalam kebangsaan dan keragaman dalam berkebudayaan.
Dalam kondisi bencana nasional covid-19 yang terjadi sejak awal 2020, rasa kesatuan sebagai bangsa dan kegotongroyongan sebagai bentuk budaya di tengah keragaman sedang diuji. Mampukah para arkeolog memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa peristiwa bencana telah berulang kali terjadi dan bangsa Indonesia berhasil melewatinya yang kemudian menghasilkan perubahan kebudayaan yang lebih maju.
Pemikiran tentang kesatuan dan keragaman akan menjadi tema dalam Kongres IAAI 2021. Anggota IAAI masih memerlukan berbagai perspektif dari ahli budaya mengenai kesatuan bangsa di tengah keragaman budaya serta upaya untuk berperan aktif memajukan kebudayaan.
Wawasan ini perlu disampaikan secara pleno kepada anggota IAAI di seluruh Indonesia. Kongres IAAI merupakan acara wajib sesuai AD/ART Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia yang dilaksanakan setiap tiga tahun dengan acara inti yang telah ditetapkan.
Baca: Arkeolog Temukan 150 Gambar Cadas Prasejarah di Pulau Kisar, Ambon
Namun, bencana nasional covid-19 yang terjadi sejak awal 2020, memaksa pengurus IAAI mengambil keputusan untuk memundurkan jadwal dari rencana awal pada November 2020, menjadi 24-26 November 2021. Kondisi bencana nasional menyebabkan penyelenggaraan tidak dapat dibarengi dengan Pertemuan Ilmiah Arkeologi sebagaimana biasanya.
Demikian pula dengan penyelenggaraannya yang tidak memungkinkan dilakukan secara luring (luar jaringan) maka untuk kongres yang sekarang dilakukan daring (dalam jaringan).
IAAI
Persatuan Ahli Arkeologi Indonesia yang disebut IAAI didirikan pada 4 Februari 1976 di Cibulan. Saat ini, IAAI mempunyai 10 komisariat daerah (Komda), yaitu Komda Sumatra Utara-Aceh (Komda Sumut-Aceh), Komda Sumatra Bagian Tengah (Komda Sumbagteng), Komda Sumatra bagian Selatan (Komda Sumbagsel), Komda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Komda Jawa Barat, Banten (Komda Jabar-Banten), Komda DIY, Jawa Tengah (Komda DIY-Jateng), Komda Jawa Timur, Komda Bali-NTT, Komda Kalimantan, Komda Sulawesi, Maluku, Papua (Komda Sulampapua). Anggota IAAI yang tercatat, baik yang aktif maupun tidak aktif berjumlah 914 orang.
Jakarta:
Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki gejolak perubahan yang disebabkan faktor internal dan eksternal. Perubahan ini dapat mengarah pada perbaikan mutu hidup bila masyarakat tepat menyikapinya.
Sebaliknya, perubahan justru dapat membawa malapetaka bila salah menangani. Sehingga, muncul pertanyaan 'Bagaimana sebaiknya para ahli arkeologi berperan dalam upaya mengatasi masalah kehidupan berbangsa'.
Masalah kebangsaan tidak pernah terlepas dari sikap dan perilaku budaya. Kebudayaan adalah tolok ukur sebuah bangsa mencapai peradaban tertentu. Dalam hal ini, peran arkeolog sangat penting dalam membentuk kesatuan dalam kebangsaan dan keragaman dalam berkebudayaan.
Dalam kondisi bencana nasional
covid-19 yang terjadi sejak awal 2020, rasa kesatuan sebagai bangsa dan kegotongroyongan sebagai bentuk budaya di tengah keragaman sedang diuji. Mampukah para arkeolog memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa peristiwa bencana telah berulang kali terjadi dan bangsa Indonesia berhasil melewatinya yang kemudian menghasilkan perubahan kebudayaan yang lebih maju.
Pemikiran tentang kesatuan dan keragaman akan menjadi tema dalam
Kongres IAAI 2021. Anggota IAAI masih memerlukan berbagai perspektif dari ahli budaya mengenai kesatuan bangsa di tengah keragaman budaya serta upaya untuk berperan aktif memajukan kebudayaan.
Wawasan ini perlu disampaikan secara pleno kepada anggota IAAI di seluruh Indonesia. Kongres IAAI merupakan acara wajib sesuai AD/ART Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia yang dilaksanakan setiap tiga tahun dengan acara inti yang telah ditetapkan.
Baca:
Arkeolog Temukan 150 Gambar Cadas Prasejarah di Pulau Kisar, Ambon
Namun, bencana nasional covid-19 yang terjadi sejak awal 2020, memaksa pengurus IAAI mengambil keputusan untuk memundurkan jadwal dari rencana awal pada November 2020, menjadi 24-26 November 2021. Kondisi bencana nasional menyebabkan penyelenggaraan tidak dapat dibarengi dengan Pertemuan Ilmiah Arkeologi sebagaimana biasanya.
Demikian pula dengan penyelenggaraannya yang tidak memungkinkan dilakukan secara luring (luar jaringan) maka untuk kongres yang sekarang dilakukan daring (dalam jaringan).
IAAI
Persatuan Ahli Arkeologi Indonesia yang disebut IAAI didirikan pada 4 Februari 1976 di Cibulan. Saat ini, IAAI mempunyai 10 komisariat daerah (Komda), yaitu Komda Sumatra Utara-Aceh (Komda Sumut-Aceh), Komda Sumatra Bagian Tengah (Komda Sumbagteng), Komda Sumatra bagian Selatan (Komda Sumbagsel), Komda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Komda Jawa Barat, Banten (Komda Jabar-Banten), Komda DIY, Jawa Tengah (Komda DIY-Jateng), Komda Jawa Timur, Komda Bali-NTT, Komda Kalimantan, Komda Sulawesi, Maluku, Papua (Komda Sulampapua). Anggota IAAI yang tercatat, baik yang aktif maupun tidak aktif berjumlah 914 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(JMS)