Perlindungan Hukum Tenaga Kesehatan Perlu Diperkuat

Jakarta: Jaminan perlindungan hukum tenaga kesehatan di Indonesia dinilai masih lemah. Kriminalitas masih menghantui perawat saat bertugas. Perawat Laurentina Nora Era meminta jaminan perlindungan hukum tenaga kesehatan di Indonesia diperkuat. Pasalnya, kata dia, tidak mudah untuk menjadi perawat. "Selain harus berlatar pendidikan keperawatan, perawat juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik," kata Nora melalui keterangan tertulis, Minggu, 25 April 2021. Nora mengatakan seorang perawat tidak hanya mengedepankan pasien. Mereka juga harus memikirkan perasaan pasien. Dia berharap kasus penganiayaan perawat tidak terjadi lagi di Indonesia. Hukum juga diharapkan tidak pandang bulu jika ada perawat yang jadi korban kriminalitas saat bertugas. Baca: Kemenkes Tagih Data Tenaga Kesehatan Penerima Insentif Aktivis buruh DKI Jakarta William Yani Wae mengatakan jam kerja perawat di rumah sakit terlalu berat. Mereka harus bekerja selama 12 jam dalam sehari. William mengatakan jam kerja itu cenderung membuat perawat lebih letih daripada pekerja lain. Pasalnya, kata William, jam kerja normal hanya delapan sampai sembilan jam dalam sehari. "Jam kerja yang sedemikian panjang tentu memengaruhi kondisi psikis perawat," ujar William. Ahli hukum kesehatan Sukendar mengatakan kekerasan dan intimidasi terhadap perawat kerap terjadi di Indonesia. Banyak di antaranya tidak muncul di media. Kebanyakan perawat khawatir melaporkan kriminalitas saat bekerja. Pasalnya, kata Sukendar, mereka mendapat intimidasi dan takut nama baiknya rusak. "Standar layanan rumah sakit sangat jelas mencantumkan bahwa harus ada perlindungan hukum untuk tenaga kesehatan dan tenaga medis serta perlindungan terhadap kekerasan yang terjadi dalam kondisi apa pun," tutur Sukendar. Keselamatan perawat diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan. Perawat berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar pelayanan, profesi, prosedur operasional, dan ketentuan perundang-undangan. Budayawan Romo Benny Susetyo meminta kekerasan terhadap perawat tidak terulang. Dia menilai perawat sama dengan guru. "Perawat layak disebut pahlawan tanpa tanda jasa karena tugas utama perawat adalah menjaga kehidupan," tutur Benny.