medcom.id, Jakarta: Orang tua korban vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur, akan mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) siang ini. Mereka meminta advokasi ke KPAI terkait nasib anak-anak mereka.
"Jam 14.00 WIB pengaduan ke KPAI, sekitar 20 orang," kata August Siregar, Ketua Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda, saat dihubungi Metrotvnews.com, Kamis (21/7/2016).
August meminta KPAI mengawal proses kelanjutan kasus vaksin palsu. Sebab, hingga kini belum ada yang menjamin nasib anak-anak korban vaksin palsu untuk beberapa tahun ke depan.
"Anak ini kan generasi bangsa. Apakah ada kemungkinan perusakan orang? Kalau 10 tahun lagi tiba-tiba semua anak pada cacat gimana? Kan enggak ada satupun penelitian yang dalam bentuk tulisan, bahwa vaksin palsu tidak berdampak buruk kan?" jelas August.
Ia juga menyayangkan sikap KPAI yang tidak cepat merespon dan mendampingi orang tua korban. Sejatinya, lembaga inilah yang paling terdepan karena menyangkut nasib anak-anak Indonesia ke depan.
"Sebenarnya KPAI harus turun menjemput bola ke kita, mereka harus hadir memberikan advokasi ke para korban," tegas August.
Di sisi lain, orang tua korban vaksin palsu bertekad tak akan berhenti menuntut keadilan dan kejelasan dari pihak Rumah Sakit Harapan Bunda. Pasalnya, sejauh ini belum ada respon atas berbagai tuntutan orang tua korban vaksin palsu.
"Kalau Harapan Bunda tidak memberikan respons yang positif, kita akan beramai-ramai lagi tuntut keadilan," tutupnya.
medcom.id, Jakarta: Orang tua korban vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur, akan mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) siang ini. Mereka meminta advokasi ke KPAI terkait nasib anak-anak mereka.
"Jam 14.00 WIB pengaduan ke KPAI, sekitar 20 orang," kata August Siregar, Ketua Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda, saat dihubungi Metrotvnews.com, Kamis (21/7/2016).
August meminta KPAI mengawal proses kelanjutan kasus vaksin palsu. Sebab, hingga kini belum ada yang menjamin nasib anak-anak korban vaksin palsu untuk beberapa tahun ke depan.
"Anak ini kan generasi bangsa. Apakah ada kemungkinan perusakan orang? Kalau 10 tahun lagi tiba-tiba semua anak pada cacat gimana? Kan enggak ada satupun penelitian yang dalam bentuk tulisan, bahwa vaksin palsu tidak berdampak buruk kan?" jelas August.
Ia juga menyayangkan sikap KPAI yang tidak cepat merespon dan mendampingi orang tua korban. Sejatinya, lembaga inilah yang paling terdepan karena menyangkut nasib anak-anak Indonesia ke depan.
"Sebenarnya KPAI harus turun menjemput bola ke kita, mereka harus hadir memberikan advokasi ke para korban," tegas August.
Di sisi lain, orang tua korban vaksin palsu bertekad tak akan berhenti menuntut keadilan dan kejelasan dari pihak Rumah Sakit Harapan Bunda. Pasalnya, sejauh ini belum ada respon atas berbagai tuntutan orang tua korban vaksin palsu.
"Kalau Harapan Bunda tidak memberikan respons yang positif, kita akan beramai-ramai lagi tuntut keadilan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(NIN)