Jakarta: Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan pergerakan kasus covid-19 usai libur Lebaran 2022 baru akan terlihat sekitar satu bulan mendatang. Perkiraan waktu itu disebut ideal.
"Untuk mengetahui kasus covid-19 efek dari lebaran, sekitar sebulan lah rata-rata. Namun ini juga bergantung seberapa baik deteksi karena kembali, apapun itu bergantung pada kemampuan deteksi," kata Dicky, melansir Mediaindonesia.com, Sabtu, 7 Mei 2022.
Dicky menerangkan perkiraan waktu tersebut adalah yang paling ideal. Lantaran pemerintah juga mewajibkan pemudik untuk memperoleh vaksinasi penguat sebelum mudik.
"Permasalahannya adalah kita tidak tahu seberapa banyak pemudik yang mendapatkan booster, namun setidaknya masih dalam durasi efektif dari dua dosis vaksinasi, yang artinya masih berada di bawah tujuh bulan pasca suntikan kedua," papar dia.
Tapi, kata Dicky, vaksiansi bukan satu-satunya faktor amannya perjalanan mudik lebaran dari ancaman covid-19. Namun juga ada pengaruh dari sirkulasi udara serta tingkat kerumunan.
Baca: BNPB Pastikan Prokes di Rest Area Selama Arus Balik
Dicky menerangkan meski hanya ada 10-20 persen orang yang terinfeksi korona, tetap berpotensi jadi pembawa virus dan menularkannya. Terlebih, kata dia, momen mudik dan balik adalah waktu di mana kerumunan orang akan bergerak bersamaan.
"Kita semua berharap vaksinasi yang dilakukan beberapa waktu belakangan tidak akan sampai memberi efek negatif pada perkembangan penanganan covid-19," jelas dia.
Jakarta: Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan pergerakan kasus
covid-19 usai libur
Lebaran 2022 baru akan terlihat sekitar satu bulan mendatang. Perkiraan waktu itu disebut ideal.
"Untuk mengetahui kasus covid-19 efek dari lebaran, sekitar sebulan lah rata-rata. Namun ini juga bergantung seberapa baik deteksi karena kembali, apapun itu bergantung pada kemampuan
deteksi," kata Dicky, melansir
Mediaindonesia.com, Sabtu, 7 Mei 2022.
Dicky menerangkan perkiraan waktu tersebut adalah yang paling ideal. Lantaran pemerintah juga mewajibkan pemudik untuk memperoleh vaksinasi penguat sebelum mudik.
"Permasalahannya adalah kita tidak tahu seberapa banyak pemudik yang mendapatkan
booster, namun setidaknya masih dalam durasi efektif dari dua dosis vaksinasi, yang artinya masih berada di bawah tujuh bulan pasca suntikan kedua," papar dia.
Tapi, kata Dicky, vaksiansi bukan satu-satunya faktor amannya perjalanan mudik lebaran dari ancaman covid-19. Namun juga ada pengaruh dari sirkulasi udara serta tingkat kerumunan.
Baca:
BNPB Pastikan Prokes di Rest Area Selama Arus Balik
Dicky menerangkan meski hanya ada 10-20 persen orang yang terinfeksi korona, tetap berpotensi jadi pembawa virus dan menularkannya. Terlebih, kata dia, momen mudik dan balik adalah waktu di mana kerumunan orang akan bergerak bersamaan.
"Kita semua berharap vaksinasi yang dilakukan beberapa waktu belakangan tidak akan sampai memberi efek negatif pada perkembangan penanganan covid-19," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)