medcom.id, Jakarta: Mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mengaku tertarik bergabung dengan organisasi tersebut lantaran nilai yang diajarkan. Satu di antaranya ialah mendapatkan nilai kemakmuran dan swasembada pangan.
"Kami mengolah bumi untuk bangsa. Negeri ini akan makmur ketika pangan berlimpah," kata Sutrisno di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jalan Bina Marga, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (26/1/2016).
Menurut ayah empat anak ini, tidak ada yang aneh selama bergabung dengan Gafatar. Ia yang telah bergabung selama tiga tahun itu juga tidak merasa tindakannya yang dianggap melanggar hukum. Ia menampik anggapan masyarakat yang menilai Gafatar sebagai organisasi yang menyimpang.
"Kami punya lahan dan kami tanam, sebentar lagi akan panen. Dilarang itu karena dikaitkan dengan nabi palsu, padahal tidak ada," ucap pria yang berprofesi sebagai petani sayur itu.
Sutristno hanya bisa pasrah saat pemerintah kini memulangkan dirinya kembali ke tempat asal. Ia berencana kembali ke rumahnya yang berada di Pos Pengumben, Jakarta Barat, begitu diperbolehkan meninggalkan panti. Menurutnya, warga sekitar tidak ada masalah meski ia tidak menampik ada yang juga tidak setuju dengan kedatangannya.
"Pulang ke rumah yang dulu. Pak RT sudah bilang dan tidak ada penolakan karena kita menanamkan kebaikan. Tapi kalau ditolak kami akan pergi, cari tempat lain," ucapnya.
Hingga hari ini, total ada 161 anggota eks Gafatar yang mengungsi di Panti Sosial Bina Insani 2, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur.
Pantauan Metrotvnews.com warga tersebut mengenakan kaus bergaris dengan warga biru, hijau dan kuning. Nampak beberapa warga di dalam Aula asyik menonton siaran televisi. Ada pula yang hanya duduk-duduk sembari bercengkerama dengan pengungsi lainnya.
Berbagai aktivitas telah dilakukan, seperti pembinaan psikologi, kesehatan dan konseling. Aktivitas lain yang digunakan untuk mengusir rasa jenuh juga dilakukan seperti bermain tenis menja maupun bermain catur.
Satu di antara eks anggota Gafatar, Sutrisno, 51, mengatakan, ia tertarik bergabung dengan organisasi tersebut lantaran nilai-nilai yang diajarkan. Pria yang sebelumnya tinggal di Kecamatan Semitao, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat itu mengaku dapat mewujudkan kemakmuran dan swasembada pangan bagi bangsa Indonesia.
medcom.id, Jakarta: Mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mengaku tertarik bergabung dengan organisasi tersebut lantaran nilai yang diajarkan. Satu di antaranya ialah mendapatkan nilai kemakmuran dan swasembada pangan.
"Kami mengolah bumi untuk bangsa. Negeri ini akan makmur ketika pangan berlimpah," kata Sutrisno di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2, Jalan Bina Marga, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (26/1/2016).
Menurut ayah empat anak ini, tidak ada yang aneh selama bergabung dengan Gafatar. Ia yang telah bergabung selama tiga tahun itu juga tidak merasa tindakannya yang dianggap melanggar hukum. Ia menampik anggapan masyarakat yang menilai Gafatar sebagai organisasi yang menyimpang.
"Kami punya lahan dan kami tanam, sebentar lagi akan panen. Dilarang itu karena dikaitkan dengan nabi palsu, padahal tidak ada," ucap pria yang berprofesi sebagai petani sayur itu.
Sutristno hanya bisa pasrah saat pemerintah kini memulangkan dirinya kembali ke tempat asal. Ia berencana kembali ke rumahnya yang berada di Pos Pengumben, Jakarta Barat, begitu diperbolehkan meninggalkan panti. Menurutnya, warga sekitar tidak ada masalah meski ia tidak menampik ada yang juga tidak setuju dengan kedatangannya.
"Pulang ke rumah yang dulu. Pak RT sudah bilang dan tidak ada penolakan karena kita menanamkan kebaikan. Tapi kalau ditolak kami akan pergi, cari tempat lain," ucapnya.
Hingga hari ini, total ada 161 anggota eks Gafatar yang mengungsi di Panti Sosial Bina Insani 2, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur.
Pantauan
Metrotvnews.com warga tersebut mengenakan kaus bergaris dengan warga biru, hijau dan kuning. Nampak beberapa warga di dalam Aula asyik menonton siaran televisi. Ada pula yang hanya duduk-duduk sembari bercengkerama dengan pengungsi lainnya.
Berbagai aktivitas telah dilakukan, seperti pembinaan psikologi, kesehatan dan konseling. Aktivitas lain yang digunakan untuk mengusir rasa jenuh juga dilakukan seperti bermain tenis menja maupun bermain catur.
Satu di antara eks anggota Gafatar, Sutrisno, 51, mengatakan, ia tertarik bergabung dengan organisasi tersebut lantaran nilai-nilai yang diajarkan. Pria yang sebelumnya tinggal di Kecamatan Semitao, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat itu mengaku dapat mewujudkan kemakmuran dan swasembada pangan bagi bangsa Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)