medcom.id, Jakarta: Fenomena gerhana matahari total (GMT) juga berdampak kepada aktivitas satwa, khususnya mamalia laut, Lumba-lumba. Perubahan aktivitas Lumba-lumba terlihat, meski tidak signifikan.
Pengamatan aktivitas tersebut dilakukan terhadap empat Lumba-lumba jenis Tursiops aduncus atau Lumba-lumba hidung botol, berasal dari laut Pasifik. Keempat lumba-lumba tersebut berjenis kelamin jantan.
Peneliti Biodiversitas dan Konservasi Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Hagi Yulia Sugeha, menyebut, perubahan perlaku tersebut dikarenakan lumba-lumba merespons perubahan lingkungan.
"Dia merespons kondisi perubahan lingkungan, biasanya memang terjadi saat kondisi agak gelap pada malam hari," kata Yuli di Ocean Dream Samudra, Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (9/3/2016).
Pantauan Metrotvnews.com, sebelum GMT, Lumba-lumba terlihat berenang agresif seperti biasa. Bahkan, beberapa kali mereka muncul ke permukaan air. Ketika fenomena GMT mulai berlangsung, perubahan perilaku mulai terasa. Dari empat Lumba-lumba, dua di antaranya kerap berdampingan di dasar kolam.
Yuli mengatakan, respons Lumba-lumba merupakan aktivitas normal kala mereka beristirahat dan banyak menyembunyikan diri di bawah kolam. Keempat Lumba-lumba itu pun hanya sesekali mengambil napas, memunculkan moncong, dan segera masuk ke dalam air.
Lumba-lumba tersebut, lanjut Yuli, nyaris tidak menyemburkan udara seperti yang sering dilakukan. Karena takut dengan kondisi GMT, dia mengurangi aktivitas dengan hanya memunculkan moncong.
"Terlihat jelas perubahan perilaku lumba-lumba. Karena, pada aktivitas sehari-hari, mereka berkelompok, bernapas dengan semburkan udara, bersiul, bergulung-gulung, melompat-melompat. Ini aktivitas paling mudah diamati," tuturnya.
Pini hanya dilakukan kepada empat Lumba-lumba. Lumba-lumba tersebut memiliki nama masing-masing; Spekta, Wangsit, Kunto, dan Wongso. Spekta merupakan Lumba-lumba paling muda, ia masih berumur 7 tahun, sementara tiga lainnya berumur antara 10 hingga 12 tahun.
Siswa dari Sekolah Rakyat Ancol terlihat antusias mengamati perubahan perilaku mamalia laut ini. Mereka menggunakan kertas HVS yang merupakan Lembar Kerja Siswa untuk mengamati.
Guru pendamping Bejo Heriyanto mengatakan, terdapat 36 siswa yang mengikuti pengamatan kali ini. Mereka yang mengikuti kegiatan ini pun diakui siswa-siswa berprestasi.
"Biasanya kan tanggal merah itu libur, banyak yang malas, tapi mereka ini antusias untuk kegiatan pengamatan," tutur Bejo.
Bejo menambahkan, kegiatan pengamatan ini baru pertama kali dilakukan para siswa.
medcom.id, Jakarta: Fenomena gerhana matahari total (GMT) juga berdampak kepada aktivitas satwa, khususnya mamalia laut, Lumba-lumba. Perubahan aktivitas Lumba-lumba terlihat, meski tidak signifikan.
Pengamatan aktivitas tersebut dilakukan terhadap empat Lumba-lumba jenis Tursiops aduncus atau Lumba-lumba hidung botol, berasal dari laut Pasifik. Keempat lumba-lumba tersebut berjenis kelamin jantan.
Peneliti Biodiversitas dan Konservasi Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Hagi Yulia Sugeha, menyebut, perubahan perlaku tersebut dikarenakan lumba-lumba merespons perubahan lingkungan.
"Dia merespons kondisi perubahan lingkungan, biasanya memang terjadi saat kondisi agak gelap pada malam hari," kata Yuli di Ocean Dream Samudra, Taman Impian Jaya Ancol, Rabu (9/3/2016).
Pantauan
Metrotvnews.com, sebelum GMT, Lumba-lumba terlihat berenang agresif seperti biasa. Bahkan, beberapa kali mereka muncul ke permukaan air. Ketika fenomena GMT mulai berlangsung, perubahan perilaku mulai terasa. Dari empat Lumba-lumba, dua di antaranya kerap berdampingan di dasar kolam.
Yuli mengatakan, respons Lumba-lumba merupakan aktivitas normal kala mereka beristirahat dan banyak menyembunyikan diri di bawah kolam. Keempat Lumba-lumba itu pun hanya sesekali mengambil napas, memunculkan moncong, dan segera masuk ke dalam air.
Lumba-lumba tersebut, lanjut Yuli, nyaris tidak menyemburkan udara seperti yang sering dilakukan. Karena takut dengan kondisi GMT, dia mengurangi aktivitas dengan hanya memunculkan moncong.
"Terlihat jelas perubahan perilaku lumba-lumba. Karena, pada aktivitas sehari-hari, mereka berkelompok, bernapas dengan semburkan udara, bersiul, bergulung-gulung, melompat-melompat. Ini aktivitas paling mudah diamati," tuturnya.
Pini hanya dilakukan kepada empat Lumba-lumba. Lumba-lumba tersebut memiliki nama masing-masing; Spekta, Wangsit, Kunto, dan Wongso. Spekta merupakan Lumba-lumba paling muda, ia masih berumur 7 tahun, sementara tiga lainnya berumur antara 10 hingga 12 tahun.
Siswa dari Sekolah Rakyat Ancol terlihat antusias mengamati perubahan perilaku mamalia laut ini. Mereka menggunakan kertas HVS yang merupakan Lembar Kerja Siswa untuk mengamati.
Guru pendamping Bejo Heriyanto mengatakan, terdapat 36 siswa yang mengikuti pengamatan kali ini. Mereka yang mengikuti kegiatan ini pun diakui siswa-siswa berprestasi.
"Biasanya kan tanggal merah itu libur, banyak yang malas, tapi mereka ini antusias untuk kegiatan pengamatan," tutur Bejo.
Bejo menambahkan, kegiatan pengamatan ini baru pertama kali dilakukan para siswa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)