Warga Salatiga menunjukan Sumur Resapan - Medcom.id/Ilham Wibowo.
Warga Salatiga menunjukan Sumur Resapan - Medcom.id/Ilham Wibowo.

Menengok Penerapan Sumur Resapan Warga Salatiga

Ilham wibowo • 19 Maret 2018 20:17
Salatiga: Fungsi sumur resapan menjadi cara alternatif mengkonservasi sumber mata air. Cara ini dinilai lebih cepat, mudah dan murah dalam menampung cadangan air tanah.  
 
Senior Raw Water Adaptation Specialist USAID IUWASH PLUS Asep Mulyana mengatakan, pembangunan sumur resapan merupakan metode buatan termudah untuk meningkatkan sumber air tanah. Galian lahan seluas 2 meter persegi ini berfungsi menampung air hujan maupun air limpahan dari hulu sungai agar dapat meresap ke lapisan akuifer, level tanah yang dapat menyimpan air. 
 
"Air yang terkumpul di lapisan akuifer ini dapat digunakan selama musim kemarau untuk mengisi sumur dangkal atau meningkatkan aliran mata air dan memenuhi kebutuhan air untuk masyarakat yang tinggal di hilir sungai," ujar Asep saat kunjungan lapangan inisiatif Sumur Resapan di Salatiga, Jawa Tengah, Senin, 19 Maret 2018. 

Menurut Asep, sumur resapan juga menjadi solusi yang mudah direplikasi untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Teknologi sederhana ini pun telah dibangun dan diterapkan di daerah penangkap air di lereng Gunung Merbabu sejak 2014.
 
Masyarakat Jawa Tengah terutama kawasan Semarang dan Salatiga diajak agar memiliki cadangan air tanah yang melimpah. 
 
"Sumur atau galian ini berfungsi meresapkan air hujan dari talang rumah, masuk ke tanah kemudian ditangkap dan disimpan atau dibiarkan meredam. Tanah di situ memiliki 100 persen daya serap yang tinggi," ungkapnya. 
 
Warga Desa Patemon Salatiga Kurniawan menuturkan, wilayahnya sempat mengalami kelangkaan air tanah pada tahun 2012. Warga setempat mesti mengambil air dari kawasan Gunung Merbabu yang jaraknya hingga lima kilometer untuk kebutuhan rumah tangga. 
 
"Waktu itu warga tidak ada satu pun yang membuat sumur dan keluar air. Bahkan sampai kedalaman 37 meter," kata Kurniawan.
 
Menurutnya, permukaan air sumur di setiap pemukiman warga perlahan meningkat seiring pembangunan sumur resapan dari inisiatif warga yang rela mewakafkan halaman rumahnya. Pembuatan teknologi penangkap air ini dibuat cukup dengan menggali lubang persegi yang diisi dengan 30 cm material batu kerikil dan 50 cm material ijuk. 
 
"Sekarang sumur resapan di Desa Patemon sudah ada sekitar 300, nanti terus dilanjutkan untuk lahan lain. Warga sekarang sudah tak perlu mencari air terlalu jauh lagi," tuturnya. 
 
Joko Waluyo Warga Salatiga lain mengaku, sangat antusias dengan inisiatif penerapan sumur resapan yang dibuat di halaman rumahnya. Menurutnya, kelangsungan hidup manusia bakal harmonis bila menjaga air yang bernilai tinggi sebagai sumber penghidupan. 
 
"Pada prinsipnya, air yang telah diambil di tanah harus dikembalikan lagi ke tanah, artinya diresapkan melalui sumur resapan," kata Joko. 
 
Dengan kesadaraan akan manfaat sumur resapan, warga Desa Patemon telah meneruskan pembangunan sumur resapan ini dengan menggunakan Dana Desa, CSR beberapa perusahaan lokal, dan secara swadaya. Program pun dapat diteruskan secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) melalui rembuk desa telah membuat dan menetapkan Peraturan Desa Patemon Nomor 1 Tahun 2015 tentang Tata Kelola Air.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan