Hati Dhani, 40, hancur berkeping-keping ketika dokter memvonis anaknya mengalami gagal ginjal akut stadium 3. Padahal, baru dua hari lalu ia dan keluarganya jalan-jalan menikmati malamnya Ibu Kota.
Dhani dikabarkan jika anaknya mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal (atypical progressive acute kidney injury/AKI). Kejadiannya begitu cepat.
R,4, anak semata wayang Dhani, awalnya mengalami demam, batuk, dan pilek pada 6 sampai 10 Oktober. Demam tak turun hingga sang anak sulit makan.
Selama R mengalami demam, Dhani tidak tahu obat apa yang harus anaknya konsumsi. Ia mengaku sibuk bekerja sebagai kurir di sebuah perusahaan sebelum dirinya memutuskan untuk berhenti.
"Kalau obat saya kurang ngerti soalnya yang bawa ke puskesmas itu istri saya. Saya masih ngurir, pulang malam. Jadi, yang kontrol bini," kata Dhani bercerita kepada Media Indonesia saat ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rabu, 19 Oktober 2022.
Dhani lantas menceritakan panas anaknya sempat mereda. Dia pun sempat mengajak anaknya jalan-jalan. "Meskipun tidak jauh, jalan-jalan di sekitar rumah dan takutnya demamnya naik lagi," kata Dhani
Benar saja, panasnya kembali datang dibarengi dengan gejala muntah yang terjadi saban satu jam. Makin lama durasi muntahnya memendek sampai akhirnya sekitar 10-15 menit sudah muntah. Pada 17 Oktober, Dhani memutuskan membawa R ke Rumah Sakit Umum Adhyaksa Jakarta Timur.
Sore itu, Anaknya langsung masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Adhyaksa. Dokter langsung mengambil darah R untuk diuji sampel.
Selang dua jam, keluar hasil lab. Dhani dan istrinya dipanggil dokter dan diberitahu bahwa R divonis gagal ginjal akut stadium 3. Pikirannya kosong seketika, air matanya langsung banjir.
"Saya merasa terlambat membawa anak saya ke IGD. Yang saya kesal sendiri sama yang di atas (Tuhan), kenapa giliran saya berhenti kerja kok kayak gini. Istilahnya kenapa anak saya mau diminta sama yang di atas jalan menuju ke atas kok cepat," kata Dhani sambil jemarinya bergetar hebat.
Dirinya baru mengetahui adanya kasus gangguan ginjal akut yang menyerang anak setelah mendengar vonis dari dokter. Bahkan, Dhani baru tahu kalau angka kematian akibat kasus ini tinggi hingga 48 persen.
Kementerian Kesehatan mencatat sudah 99 kematian dari 206 kasus gangguan ginjal akut. "Okeh saya siap kalau risiko anak saya ke depannya kaya gitu saya siap," ucapnya.
Pada 18 Oktober dia sudah mendapat antrean cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada pagi harinya, R langsung sudah masuk IGD RSCM.
Seketika itu pula pasien R langsung cuci darah selama lima jam. Dhani menuturkan banyak juga anak yang bernasib sama dengan R melakukan cuci darah karena kasus ini.
"Tadi dokternya bilang, 'selama ini kita hitung anak Bapak sudah pasien ke-50 dengan kasus yang sama. Maaf Ibu Bapak, cuma dua anak yang survive yang bisa keluar dari sini (RS) hidup-hidup. Kita bukan mau nakutin, tapi kenyataannya seperti itu. Jadi, kita tetap maksimal. Kalau ujungnya seperti itu (meninggal), kita mohon maaf bukan kita tidak maksimal'," kata Dhani menirukan ucapan dokter.
Baca: Ramai Kasus Gagal Ginjal Anak dan Obat Sirup Buatan India, BPOM Ungkap 3 Fakta
Dhani berpesan kepada orang tua lainnya bahwa ketika muncul gejala awal gagal ginjal akut seperti demam, batuk, dan pilek, langsung bawa ke rumah sakit. Kemudian, jika anak mengalami demam yang naik turun seperti demam berdarah. Selain itu, jika anak mengeluarkan urine yang sangat banyak, perlu diwanti-wanti.
Hati Dhani, 40, hancur berkeping-keping ketika dokter memvonis anaknya mengalami
gagal ginjal akut stadium 3. Padahal, baru dua hari lalu ia dan keluarganya jalan-jalan menikmati malamnya Ibu Kota.
Dhani dikabarkan jika anaknya mengalami gangguan ginjal akut progresif atipikal (atypical progressive acute kidney injury/AKI). Kejadiannya begitu cepat.
R,4, anak semata wayang Dhani, awalnya mengalami demam, batuk, dan pilek pada 6 sampai 10 Oktober. Demam tak turun hingga sang anak sulit makan.
Selama R mengalami demam, Dhani tidak tahu obat apa yang harus anaknya konsumsi. Ia mengaku sibuk bekerja sebagai kurir di sebuah perusahaan sebelum dirinya memutuskan untuk berhenti.
"Kalau obat saya kurang ngerti soalnya yang bawa ke puskesmas itu istri saya. Saya masih
ngurir, pulang malam. Jadi, yang kontrol bini," kata Dhani bercerita kepada
Media Indonesia saat ditemui di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rabu, 19 Oktober 2022.
Dhani lantas menceritakan panas anaknya sempat mereda. Dia pun sempat mengajak anaknya jalan-jalan. "Meskipun tidak jauh, jalan-jalan di sekitar rumah dan takutnya demamnya naik lagi," kata Dhani
Benar saja, panasnya kembali datang dibarengi dengan gejala muntah yang terjadi saban satu jam. Makin lama durasi muntahnya memendek sampai akhirnya sekitar 10-15 menit sudah muntah. Pada 17 Oktober, Dhani memutuskan membawa R ke Rumah Sakit Umum Adhyaksa Jakarta Timur.
Sore itu, Anaknya langsung masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Adhyaksa. Dokter langsung mengambil darah R untuk diuji sampel.
Selang dua jam, keluar hasil lab. Dhani dan istrinya dipanggil dokter dan diberitahu bahwa R divonis gagal ginjal akut stadium 3. Pikirannya kosong seketika, air matanya langsung banjir.
"Saya merasa terlambat membawa anak saya ke IGD. Yang saya kesal sendiri sama yang di atas (Tuhan), kenapa giliran saya berhenti kerja kok kayak gini. Istilahnya kenapa anak saya mau diminta sama yang di atas jalan menuju ke atas kok cepat," kata Dhani sambil jemarinya bergetar hebat.
Dirinya baru mengetahui adanya kasus gangguan ginjal akut yang menyerang anak setelah mendengar vonis dari dokter. Bahkan, Dhani baru tahu kalau angka kematian akibat kasus ini tinggi hingga 48 persen.
Kementerian Kesehatan mencatat sudah 99 kematian dari 206 kasus gangguan ginjal akut. "Okeh saya siap kalau risiko anak saya ke depannya kaya gitu saya siap," ucapnya.
Pada 18 Oktober dia sudah mendapat antrean cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada pagi harinya, R langsung sudah masuk IGD RSCM.
Seketika itu pula pasien R langsung cuci darah selama lima jam. Dhani menuturkan banyak juga anak yang bernasib sama dengan R melakukan cuci darah karena kasus ini.
"Tadi dokternya bilang, 'selama ini kita hitung anak Bapak sudah pasien ke-50 dengan kasus yang sama. Maaf Ibu Bapak, cuma dua anak yang
survive yang bisa keluar dari sini (RS) hidup-hidup. Kita bukan mau nakutin, tapi kenyataannya seperti itu. Jadi, kita tetap maksimal. Kalau ujungnya seperti itu (meninggal), kita mohon maaf bukan kita tidak maksimal'," kata Dhani menirukan ucapan dokter.
Baca:
Ramai Kasus Gagal Ginjal Anak dan Obat Sirup Buatan India, BPOM Ungkap 3 Fakta
Dhani berpesan kepada orang tua lainnya bahwa ketika muncul gejala awal gagal ginjal akut seperti demam, batuk, dan pilek, langsung bawa ke rumah sakit. Kemudian, jika anak mengalami demam yang naik turun seperti demam berdarah. Selain itu, jika anak mengeluarkan urine yang sangat banyak, perlu diwanti-wanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)