Fajar Merah, putra Wiji Thukul, saat diskusi tentang film Istirahatlah Kata-kata dan janji Jokowi di Jakarta, Rabu (25/1/2017). Foto: MI/Ramdani
Fajar Merah, putra Wiji Thukul, saat diskusi tentang film Istirahatlah Kata-kata dan janji Jokowi di Jakarta, Rabu (25/1/2017). Foto: MI/Ramdani

Buruh Diharap Belajar dari Perjuangan Wiji Thukul

Tri Kurniawan • 31 Januari 2017 14:54
medcom.id, Jakarta: Di era Orde Baru, kebebasan menyuarakan pendapat jadi barang mahal. Kritik terhadap pemerintah bisa berujung penculikan.
 
Meski menghadapi beragam risiko, aktivis tetap memperjuangkan demokrasi. Wiji Thukul, salah satu aktivis era 90-an yang dampak dari perjuangannya dirasakan masyarakat saat ini. Hak kaum buruh salah satu yang diperjuangkan Thukul.
 
Thukul sering memimpin aksi. Pria bernama tulen Widji Widodo itu juga menyuarakan kegelisahannya lewat puisi. Thukul harus berpindah-pindah tempat karena diincar aparat. Sedangkan istri dan dua anaknya tetap tinggal di rumah kontrakan di Solo.

Pada 1998, Thukul menghilang. Keberadaannya misteri hingga kini. Sepenggal cerita hidup Thukul direkam dalam film berjudul Istirahatlah Kata-kata.
 
Andi Gani Nena Wea, aktivis buruh, mengatakan perjuangan Thukul menginspirasi banyak orang. Namanya tidak cukup dikenang, tetapi perjuangannya membela kaum buruh harus terus dilanjutkan.
 
"Kita harus belajar dari Thukul bahwa untuk meraih sesuatu harus berjuang. Ada pengorbanan dan keberanian," kata Andi usai menonton film Istirahatlah Kata-kata bersama para buruh di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin malam (31/1/2017).
 
Buruh Diharap Belajar dari Perjuangan Wiji Thukul
Buruh saat unjuk rasa menolak upah murah. Antara Foto/Wahyu Putro
 
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia itu berharap buruh belajar dari perjuangan Thukul. Perjuangan di era reformasi, menurut dia, tidak seberat era Orde Baru.
 
Pemerintah sudah lebih terbuka. Kelompok masyarakat bisa menyampaikan aspirasi mereka di muka umum. Kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
 
"Pemerintah sudah cukup akomodatif. Era reformasi ini harus kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif dan membangun," ujar Andi.
 
Buruh Diharap Belajar dari Perjuangan Wiji Thukul
Andi Gani (ketiga dari kanan) dan para buruh usai menonton film Istirahatlah Kata-kata. Foto: MTVN/Tri Kurniawan
 
Eko Sulistyo, mantan aktifis mahasiswa era 90-an, cukup mengenal kehidupan Thukul. Eko berteman dengan Wahyu Susilo, adik Thukul.
 
Ayah Thukul hanya menarik becak. Kesulitan ekonomi membuat Thukul hanya lulus SMP. Eko dan aktivis ketika itu sering menginap di rumah Thukul di perkampungan kumuh di Solo.
 
Di rumah Thukul, Eko melihat buku menumpuk di rak. Menurut Eko, dari buku lah Thukul yang hanya lulus SMP mengembangkan diri, mengenal banyak tokoh dan mahasiswa, dan sering bisa berbicara di forum besar.
 
"Sumbangan paling besar beliau adalah kita bisa seperti sekarang ini. Saya tidak menyebut Thukul satu-satunya, tetapi ia adalah bagian dari perjuangan masyarakat Indonesia sehingga ada reformasi," kata Eko.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan