medcom.id, Jakarta: Pengemudi taksi konvensional mendukung penetapan angkutan umum berbasis aplikasi. Seorang pengemudi taksi Express Fernandez menegaskan, bila perlu tarif taksi daring lebih mahal ketimbang angkutan konvensional.
"Tidak masalah. Tapi emang seharusnya dia (taksi daring) lebih mahal dari kita. Tidak boleh lebih murah dari kita," kata Fernandez kepada Metrotvnews.com saat menunggu penumpang di kawasan Petukangan, Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan, Jumat 24 Maret 2017.
Menurut dia, penetapan tarif taksi daring lebih mahal harus diterapkan untuk mengimbangi apa yang dibebankan kepada taksi konvensional. Sebab, taksi konvensional harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar pajak, pengujian kendaraan bermotor atau KIR, serta izin trayek dan operasi.
Dengan runtutan syarat itu, taksi konvensional tak menginginkan taksi daring dimudahkan dalam segala aspek. "Kalau di online itu kan tidak ada. Dia cuma berdasarkan online, beda loh kalau di luar negeri, taksi online lebih mahal dibandingkan konvensional," ungkap dia.
Pria yang sudah menjalankan profesinya selama 35 tahun itu tak keberatan dengan penetapan tarif tersebut. Dia mengembalikan kebijakan tersebut kepada konsumen sebagai pengguna jasa.
"Tergantung konsumen milih yang mana nanti," ucap dia.
Selain itu, pengemudi taksi Express dari pool Bintaro itu mengamini jika pelayanan yang diberikan taksi daring lebih baik. Pernyataan itu disampaikan berdasarkan layanan jemput penumpang ke alamat yang selama ini diterapkan taksi daring.
Tapi, Fernandez mengklaim taksi konvensional lebih unggul dari segi keamanan ketimbang taksi daring. Sebab, identitas taksi konvensional jelas terlihat dibanding taksi daring.
"Kalau masalah keamanan, tiba-tiba di jalan ada apa-apa orang tidak bisa bantu karena tidak ada lambangnya. Kalau taksi ada tandanya," ucap dia.
medcom.id, Jakarta: Pengemudi taksi konvensional mendukung penetapan angkutan umum berbasis aplikasi. Seorang pengemudi taksi Express Fernandez menegaskan, bila perlu tarif taksi daring lebih mahal ketimbang angkutan konvensional.
"Tidak masalah. Tapi emang seharusnya dia (taksi daring) lebih mahal dari kita. Tidak boleh lebih murah dari kita," kata Fernandez kepada
Metrotvnews.com saat menunggu penumpang di kawasan Petukangan, Jalan Ciledug Raya, Jakarta Selatan, Jumat 24 Maret 2017.
Menurut dia, penetapan tarif taksi daring lebih mahal harus diterapkan untuk mengimbangi apa yang dibebankan kepada taksi konvensional. Sebab, taksi konvensional harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar pajak, pengujian kendaraan bermotor atau KIR, serta izin trayek dan operasi.
Dengan runtutan syarat itu, taksi konvensional tak menginginkan taksi daring dimudahkan dalam segala aspek. "Kalau di online itu kan tidak ada. Dia cuma berdasarkan online, beda loh kalau di luar negeri, taksi online lebih mahal dibandingkan konvensional," ungkap dia.
Pria yang sudah menjalankan profesinya selama 35 tahun itu tak keberatan dengan penetapan tarif tersebut. Dia mengembalikan kebijakan tersebut kepada konsumen sebagai pengguna jasa.
"Tergantung konsumen milih yang mana nanti," ucap dia.
Selain itu, pengemudi taksi Express dari pool Bintaro itu mengamini jika pelayanan yang diberikan taksi daring lebih baik. Pernyataan itu disampaikan berdasarkan layanan jemput penumpang ke alamat yang selama ini diterapkan taksi daring.
Tapi, Fernandez mengklaim taksi konvensional lebih unggul dari segi keamanan ketimbang taksi daring. Sebab, identitas taksi konvensional jelas terlihat dibanding taksi daring.
"Kalau masalah keamanan, tiba-tiba di jalan ada apa-apa orang tidak bisa bantu karena tidak ada lambangnya. Kalau taksi ada tandanya," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)