Gresik: Pendidikan merupakan hak yang harus dipenuhi oleh anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Di sisi lain, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dinilai 'mewah' bagi sebagian orang tua.
Banyak orang tua yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus. Namun, hadirnya Yayasan Sanggar Al-Ikhlas memberikan harapan bagi anak-anak tersebut.
Terutama dari anak yang kurang mampu.
Ramai dikunjungi
Yayasan Sanggar Al-Ikhlas terletak di Desa Madumulyorejo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Setiap Minggu, yayasan ini ramai dikunjungi orang tua yang mengantarkan anaknya yang berkebutuhan khusus demi pendidikan yang inklusif.
Yayasan Sanggar Al-Ikhlas dicetuskan oleh Sufi’ah bersama suaminya, Selamet Junaedi. Mereka mendirikan yayasan tersebut karena sulitnya mendapatkan akses bagi anak mereka yang juga tuna netra.
“Saya dan istri saya punya cita-cita yang dimana inspirasinya dari anak saya sendiri karena anak saya penyandang tuna netra,” kata Selamet dalam tayangan Kick Andy di Metro TV, Minggu, 30 Januari 2022.
Bagi Slamet, masyarakat desa cenderung pesimis mengenai pendidikan anak-anaknya yang memiliki kebutuhan khusus. Inilah yang memacunya dan Sufi’ah bekerja keras untuk mengajak orang tua yang masih tak sadar pentingnya pendidikan berkebutuhan khusus.
“Kita mendatangi orangtua anak difabel yang ada di desa-desa tetangga itu satu per satu. Kita datangi door to door,” ujar Slamet.
Pendidikan gratis
Awal mula didirikan, Sufi’ah menumpang di rumah saudaranya untuk memberikan pendidikan anak disabilitas secara gratis. Seiring berjalannya waktu, Sufi’ah berhasil mendirikan gedung sekolah. Kini, Yayasan Sanggar Al-Ikhlas sudah menaungi 200 anak berkebutuhan khusus.
Berdirinya gedung yayasan juga memiliki ceritanya sendiri. Saat itu, Sufi’ah sempat direndahkan oleh petinggi desa ketika ia ingin meminta izin untuk membuat gedung.
“Bu Sufi’ah itu langsung nangis di pundak saya. Ndak papa Mbak, Allah itu Maha Kaya,” tutur relawan Yayasan Al-Ikhlas, Ririn Intartik.
Selain menyediakan pendidikan, Yayasan Sanggar Al-Ikhlas juga melayani terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Sufi’ah dan suaminya rutin keliling dari rumah ke rumah untuk melakukan terapi bagi anak pengidap cerebral palsy.
Biaya operasional yayasan berasal dari sebagian gaji Sufi’ah yang merupakan guru swasta di Surabaya. Selain dari gaji, Yayasan Sanggar Al-Ikhlas juga mendapatkan dana dari donatur. Sesuai dengan nama yayasannya, Sufi’ah terus membantu anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan. (Hana Nushratu)
Gresik: Pendidikan merupakan hak yang harus dipenuhi oleh anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Di sisi lain, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dinilai 'mewah' bagi sebagian orang tua.
Banyak orang tua yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya yang berkebutuhan khusus. Namun, hadirnya Yayasan Sanggar Al-Ikhlas memberikan harapan bagi anak-anak tersebut.
Terutama dari anak yang kurang mampu.
Ramai dikunjungi
Yayasan Sanggar Al-Ikhlas terletak di Desa Madumulyorejo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Setiap Minggu, yayasan ini ramai dikunjungi orang tua yang mengantarkan anaknya yang berkebutuhan khusus demi pendidikan yang inklusif.
Yayasan Sanggar Al-Ikhlas dicetuskan oleh Sufi’ah bersama suaminya, Selamet Junaedi. Mereka mendirikan yayasan tersebut karena sulitnya mendapatkan akses bagi anak mereka yang juga tuna netra.
“Saya dan istri saya punya cita-cita yang dimana inspirasinya dari anak saya sendiri karena anak saya penyandang tuna netra,” kata Selamet dalam tayangan
Kick Andy di
Metro TV, Minggu, 30 Januari 2022.
Bagi Slamet, masyarakat desa cenderung pesimis mengenai pendidikan anak-anaknya yang memiliki kebutuhan khusus. Inilah yang memacunya dan Sufi’ah bekerja keras untuk mengajak orang tua yang masih tak sadar pentingnya pendidikan berkebutuhan khusus.
“Kita mendatangi orangtua anak difabel yang ada di desa-desa tetangga itu satu per satu. Kita datangi door to door,” ujar Slamet.
Pendidikan gratis
Awal mula didirikan, Sufi’ah menumpang di rumah saudaranya untuk memberikan pendidikan anak disabilitas secara gratis. Seiring berjalannya waktu, Sufi’ah berhasil mendirikan gedung sekolah. Kini, Yayasan Sanggar Al-Ikhlas sudah menaungi 200 anak berkebutuhan khusus.
Berdirinya gedung yayasan juga memiliki ceritanya sendiri. Saat itu, Sufi’ah sempat direndahkan oleh petinggi desa ketika ia ingin meminta izin untuk membuat gedung.
“Bu Sufi’ah itu langsung nangis di pundak saya.
Ndak papa Mbak, Allah itu Maha Kaya,” tutur relawan Yayasan Al-Ikhlas, Ririn Intartik.
Selain menyediakan pendidikan, Yayasan Sanggar Al-Ikhlas juga melayani terapi bagi anak berkebutuhan khusus. Sufi’ah dan suaminya rutin keliling dari rumah ke rumah untuk melakukan terapi bagi anak pengidap
cerebral palsy.
Biaya operasional yayasan berasal dari sebagian gaji Sufi’ah yang merupakan guru swasta di Surabaya. Selain dari gaji, Yayasan Sanggar Al-Ikhlas juga mendapatkan dana dari donatur. Sesuai dengan nama yayasannya, Sufi’ah terus membantu anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan.
(Hana Nushratu) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)