Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani
Ilustrasi. Foto: MI/Ramdani

Alasan Para Supir Tolak Kebijakan Zero ODOL

Cahya Mulyana • 11 Februari 2022 23:18
Jakarta: Kebijakan zero ODOL (Over Dimension Over Load) yang akan diberlakukan pada Januari 2023 mendapat penolakan dari para supir truk logistik. Alasannya, mereka mengatakan tidak bisa bersaing dan mendapat penolakan dari ekspedisi jika menggunakan truk kecil.
 
"Kalau kita punya mobil pendek yang ukurannya hanya 6 meter, para ekspedisi dan pabrik tidak mau terima. Mereka mintanya minimal ukuran 8 meter," ujar Adlan, supir truk yang kesehariannya membawa truk dari Jakarta-Bali, dilansir Media Indonesia, Jumat, 11 Februari 2022.
 
Adlan mengatakan pabrik tidak menerima mobil pendek. Penolakan terhadap truk kecil juga berdampak terhadap pendapatan para supir.

"Kalau mobil yang saya bawa kecil, saya susah mendapat order dan terpaksa harus nunggu lama di pangkalan. Itu sangat menghabiskan biaya. Parkir saja sehari Rp30 ribu, itu belum makan," tuturnya.
 
Baca: Kemenhub Ancam Sanksi Kendaraan ODOL dengan Tilang dan Transfer Muatan
 
Adlan juga membeberkan keberatan lain, yaitu banyak pabrik makanan ringan memberlakukan kubikasi dalam tidap pengangkutan. Hal itu yang membuat supir mengakali dengan memodifikasi truknya untuk bisa mendapatkan muatan. Menurutnya, pemerintah harus mengetahui kondisi para supir di lapangan.
 
"Jadi, kalau mobil kita pendek hanya berapa kubik saja yang bisa kita bawa. Dari hitung-hitungan ongkirnya tidak menutup untuk operasional dari Jakarta ke Bali. Biayanya habis untuk di jalan saja. Mereka juga biasanya enggak mau menerima kalau mobilnya pendek," ungkapnya.
 
Sementara itu, para supir truk juga masih harus menanggung kenaikan harga bearing dan ban saat ini yang melambung tinggi. Kondisi inilah yang menurut Adlan membuat para supir truk menolak kebijakan Zero ODOL. Apalagi, menurutnya, pemerintah malah mengizinkan produksi baru mobil-mobil long.
 
Supir lain bernama Mustakim menceritakan pernah bangkrut karena hanya memiliki mobil-mobil yang ukurannya pendek. Muatan dari pabrik memakai ukuran tertentu untuk pengangkutan kertas tisu, makanan ringan, atau pun elektronik. Minimalnya 50 kubik.
 
"Mobil saya dulu itu cuma ukuran 6,7 meter. Saya menunggu muatan sampai 2 minggu saya baru muat. Waktu itu uang saya habis-habisan untuk menginap di Jakarta. Saya harus bayar parkir sehari Rp30 ribu dan itu belum termasuk makan, dan akhirnya saya bangkrut dan menjualnya," tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan