Jakarta: Kepala Subbidang Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko memastikan isu gelombang panas yang disebut akan melanda Indonesia adalah hoaks.
Ia mengatakan Indonesia memang negara tropis yang akrab dengan cuaca panas saat musim kemarau. Namun hal itu tidak terkait dengan fenomena gelombang panas seperti yang menyerang negara-negara Eropa.
"Tidak benar. Gelombang panas itu lebih banyak terjadi di wilayah tropis yang mendekati wilayah subtropis," ujarnya, dalam Selamat Pagi Indonesia, Selasa, 24 April 2018.
Menurut Hary isu gelombang panas kerap dikaitkan dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara tropis. Dengan pemanasan global, cuaca tropis di Indonesia kerap dikaitkan dengan kenaikan suhu yang memicu gelombang panas.
Hary mengatakan meskipun cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terasa lebih panas dari biasanya namun hal itu tak perlu dikhawatirkan. Masyarakat bisa melakukan beberapa antisipasi untuk mencegah suhu udara semakin tinggi.
"Di Kalimantan dengan banyak hutan misalnya, jaga supaya hutan tetap terlindungi. Pengurangan emisi gas karbon juga perlu dilakukan untuk mencegah supaya suhu tidak semakin meningkat," katanya.
Hary menambahkan dalam sejarahnya Indonesia tidak pernah dihantam gelombang panas lantaran bukan termasuk ke dalam wilayah yang disinggahi sehingga masyarakat tak perlu khawatir.
Indonesia merupakan negara tropis dengan kelembapan cukup tinggi. Bahkan kepulauan yang membentuk wilayah Indonesia berkontribusi menyumbang potensi hujan kapan pun termasuk pada musim kemarau.
"Kepulauan tentu ada hutan dan laut. Sumber-sumber penguapannya cukup tinggi dan bisa membuat keseimbangan. Tapi meski begitu kita juga harus menjaga lingkungan kalau tidak, maka yang tadinya sudah seimbang akan kembali meningkat," jelas dia.
Jakarta: Kepala Subbidang Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko memastikan isu gelombang panas yang disebut akan melanda Indonesia adalah hoaks.
Ia mengatakan Indonesia memang negara tropis yang akrab dengan cuaca panas saat musim kemarau. Namun hal itu tidak terkait dengan fenomena gelombang panas seperti yang menyerang negara-negara Eropa.
"Tidak benar. Gelombang panas itu lebih banyak terjadi di wilayah tropis yang mendekati wilayah subtropis," ujarnya, dalam
Selamat Pagi Indonesia, Selasa, 24 April 2018.
Menurut Hary isu gelombang panas kerap dikaitkan dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara tropis. Dengan pemanasan global, cuaca tropis di Indonesia kerap dikaitkan dengan kenaikan suhu yang memicu gelombang panas.
Hary mengatakan meskipun cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terasa lebih panas dari biasanya namun hal itu tak perlu dikhawatirkan. Masyarakat bisa melakukan beberapa antisipasi untuk mencegah suhu udara semakin tinggi.
"Di Kalimantan dengan banyak hutan misalnya, jaga supaya hutan tetap terlindungi. Pengurangan emisi gas karbon juga perlu dilakukan untuk mencegah supaya suhu tidak semakin meningkat," katanya.
Hary menambahkan dalam sejarahnya Indonesia tidak pernah dihantam gelombang panas lantaran bukan termasuk ke dalam wilayah yang disinggahi sehingga masyarakat tak perlu khawatir.
Indonesia merupakan negara tropis dengan kelembapan cukup tinggi. Bahkan kepulauan yang membentuk wilayah Indonesia berkontribusi menyumbang potensi hujan kapan pun termasuk pada musim kemarau.
"Kepulauan tentu ada hutan dan laut. Sumber-sumber penguapannya cukup tinggi dan bisa membuat keseimbangan. Tapi meski begitu kita juga harus menjaga lingkungan kalau tidak, maka yang tadinya sudah seimbang akan kembali meningkat," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)