Jakarta: Pakar IT Alfons Tanujaya menyoroti kecerobohan pemerintah yang tidak memiliki cadangan data usai pusat data nasional (PDNS) 2 diserang ransomware. Seharusnya, negara memiliki simpanan berkas digital tiga lapis.
“Mereka seharusnya memiliki kemampuan memiliki kesadaran bahwa data itu sedemikian penting ini, grasi data tiap kementerian data MK, atau apa, mereka harus back up di data senter bersangkutan, terpisah segmennya,” kata Alfons dalam acara Crosscheck by Medcom.id dengan tema ‘Negara Kelenger Diserang Hacker’ pada Minggu, 30 Juni 2024.
Alfons menjelaskan tiap PDNS seharusnya memiliki cadangan untuk server lainnya. Penyimpanan kedua itu mestinya disediakan secara otomatis.
“Sesudah itu, harus di-back up juga ke PDN yang lain, PDN 2, PDN 3, masing-masing harus punya back up-nya dan harus full berjalan otomatis,” ucap Alfons.
Lalu, tiap instansi memiliki simpanan data lokal untuk mengantisipasi serangan. Pemerintah seharusnya mengultimatum itu jauh sebelum serangan peretas dimulai.
“Setelah itu, lapis ketiganya setiap instansi yang mengelola data dikasih tahu juga, ‘lu harus back up’, tiga lapis,” ujar Alfons.
Menurut dia, penyimpanan data tiga lapis bersifat sangat penting dan bukan hanya untuk serangan peretas. Model itu bisa mengantisipasi semua bencana yang berpotensi berbahaya bagi data masyarakat.
“Jadi, kalau terjadi bencana atau apa tenang saja, tinggal tunggu sehari dua hari (selesai),” tutur Alfons.
Jakarta: Pakar IT Alfons Tanujaya menyoroti kecerobohan pemerintah yang tidak memiliki cadangan data usai pusat data nasional (PDNS) 2
diserang ransomware. Seharusnya, negara memiliki simpanan berkas digital tiga lapis.
“Mereka seharusnya memiliki kemampuan memiliki kesadaran bahwa data itu sedemikian penting ini, grasi data tiap kementerian data MK, atau apa, mereka harus back up di data senter bersangkutan, terpisah segmennya,” kata Alfons dalam acara
Crosscheck by Medcom.id dengan tema ‘
Negara Kelenger Diserang Hacker’ pada Minggu, 30 Juni 2024.
Alfons menjelaskan tiap PDNS seharusnya memiliki cadangan untuk server lainnya. Penyimpanan kedua itu mestinya disediakan secara otomatis.
“Sesudah itu, harus di-
back up juga ke PDN yang lain, PDN 2, PDN 3, masing-masing harus punya
back up-nya dan harus
full berjalan otomatis,” ucap Alfons.
Lalu, tiap instansi memiliki simpanan data lokal untuk mengantisipasi serangan. Pemerintah seharusnya mengultimatum itu jauh sebelum serangan peretas dimulai.
“Setelah itu, lapis ketiganya setiap instansi yang mengelola data dikasih tahu juga, ‘lu harus back up’, tiga lapis,” ujar Alfons.
Menurut dia, penyimpanan data tiga lapis bersifat sangat penting dan bukan hanya untuk serangan peretas. Model itu bisa mengantisipasi semua bencana yang berpotensi berbahaya bagi data masyarakat.
“Jadi, kalau terjadi bencana atau apa tenang saja, tinggal tunggu sehari dua hari (selesai),” tutur Alfons.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)