Deputi II Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Kemaritiman Agung Kuswandono dan Bupati Sorong Selatan Samsudin Anggiluli (kemeja merah) saat meninjau lokasi pabrik es yang terbakar di Desa Wersar, Distrik Teminabuan.MTVN/Sjaichul Anwar
Deputi II Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Kemaritiman Agung Kuswandono dan Bupati Sorong Selatan Samsudin Anggiluli (kemeja merah) saat meninjau lokasi pabrik es yang terbakar di Desa Wersar, Distrik Teminabuan.MTVN/Sjaichul Anwar

Membangun Mimpi Nelayan Wersar

01 September 2016 20:43
medcom.id, Sorong Selatan: Kacau, Berantakan semuanya....
 
Nada putus asa itu meluncur begitu saja dari mulut Theo Serer, 42, nelayan ikan dan udang di Desa Wersar, Distrik Teminabuan, Sorong Selatan, Papua Barat. Lalu, dia menggelengkan kepala, tanda tak percaya.
 
Charles Ginone yang duduk di sebelah Theo hanya bisa manggut-manggut, mengamini keluhan Theo. Dia memang lebih banyak diam.

Menurut Theo, kehidupan nelayan Desa Wersar menjadi amat sulit setelah pabrik es di desa mereka hangus dilalap api medio Desember 2015. Mereka jadi tak bisa mendapatkan es dengan mudah dan murah. Padahal, bagi nelayan, es ibarat urat nadi kedua sebagai nelayan. Yang pertama, laut dan ikan.
 
Theo mengatakan, dirinya membutuhkan 70 kantong es agar hasil tangkapan dari laut, seperti ikan dan udang, bisa tahan sampai tiga hari. Harganya, Rp2.000 per kantong.
 
"Mau bagaimana lagi," kata Theo, sambil terus mengunyah pinang, sehingga gigi, lidah, dan bibirnya terlihat memerah.
 
Membangun Mimpi Nelayan Wersar
Puing sisa kebakaran pabrik es di Desa Wersar, Distrik Teminabuan, Sorong Selatan.MTVN/Sjaichul Anwar
 
Theo dan Charles biasa melaut. Tapi, hasil tangkapan mereka tak pernah melimpah. Tergantung alat tangkap apa yang mereka bawa. Kalau alat tangkapnya biasa-biasa saja, mereka rata-rata hanya bisa membawa lima kilogram udang dari laut. Sisanya ikan.
 
"Tergantung mesinnya, kalau bagus, bisa lebih dari lima kilogram udang sehari," ujar Theo.
 
Udang dan ikan hasil tangkapan Theo, Charles, dan nelayan lain di Desa Wersar, berjarak tujuh kilometer dari Teminabuan, harus cepat dijual. Kalau tidak, ya tidak laku lagi karena sudah tak segar. Es jadi amat krusial bagi mereka.
 
Nampaknya, mimpi nelayan Wersar akan keberadaan pabrik es di desa mereka tak lama lagi akan menjadi nyata. Kementerian Kemaritiman dan Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan, segera membangun kembali pabrik es yang kini hanya menyisakan arang itu.
 
Deputi II Koordinasi Sumber Daya Alam dan Jasa Kementerian Kemaritiman Agung Kuswandono menargetkan, pembangunan pabrik sudah ditenderkan. Dia optimistis, Desember tahun ini, pabrik sudah beroperasi lagi.
 
"Anggarannya Rp2,8 miliar," kata Agung, saat meninjau puing sisa kebakaran pabrik es di Desa Wersar, Kamis (1/9/2016) siang.
 
Membangun Mimpi Nelayan Wersar
Samsudin Anggiluli (kemeja marah) dan Agung Kuswandono (bertopi).MTVN/Sjaichul Anwar
 
Bupati Sorong Selatan Samsudin Anggiluli punya keyakinan yang sama dengan Agung. Bahkan, areal pabrik akan lebih luas ketimbang yang terdahulu. Pemerintah setempat, kata dia, sudah membebaskan lahan seluas tiga hektare untuk keperluan pabrik baru.
 
Samsudin sadar betul nelayan sangat membutuhkan es. Apalagi, selama ini Sorong Selatan telah sohor dengan hasil udang yang melimpah dan berkualitas. Pabrik menjadi keniscayaan kalau tak ingin semua predikat itu menguap begitu saja.
 
"Kita punya 2.000 dari 7.969 warga Sorong Selatan adalah nelayan," ujar Samsudin. "Nasib mereka harus kita perhatikan."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ICH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan