Jakarta: Suhu udara di Indonesia terasa panas dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan beberapa penyebabnya.
Melalui akun instagram resmi mereka, BMKG menjelaskan suhu panas ekstrem sedang melanda negara-negara Asia dalam sepekan terakhir. Indonesia sebetulnya tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaannya juga tergolong panas.
"Ternyata di beberapa negara di Asia sedang mengalami 'heatwave' atau gelombang panas. Hal ini tidak biasa terjadi sehingga menjadi perbincangan hangat dunia terkini," demikian pernyataan BMKG.
Setidaknya, ada lima penyebab yang diungkap BMKG terkait suhu panas ekstrem yang sedang melanda Indonesia. Berikut ini di antaranya:
Dinamika atmosfer yang tidak biasa.
Suhu panas bulan April di Wilayah Asia Selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semua matahari: lonjakan panas tahun 2023 terparah.
Tren pemanasan global dan perubahan iklim: gelombang panas 'heatwave' semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.
Dominasi Monsun Australia: Indonesia memasuk musim kemarau.
Intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.
Memasuki kemarau normal
Sebelumnya, BMKG juga mengungkapkan, Indonesia mulai memasuki awal musim kemarau pada 16 April 2023. Ketika itu, pihak BMKG menyebut musim kemarau sudah memasuki sebagian wilayah Provinsi Banten.
"Kalau dua sampai tiga tahun lalu terjadi kemarau basah yang terkadang dilanda hujan, namun sekarang kemarau normal,"kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG, Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang, Tarjono.
Kemarau kategori normal diprediksikan terjadi tahun ini dan dirasakan lebih panas, walaupun suhu udara yang terjadi masih dalam katagori normal 35°C.
Kemarau normal ditandai terik matahari cukup dirasakan panas dibandingkan kemarau basah. Puncak musim kemarau normal diprediksi pada Agustus dan September 2023.
Jakarta: Suhu udara di Indonesia terasa
panas dalam beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (
BMKG) mengungkapkan beberapa penyebabnya.
Melalui akun instagram resmi mereka, BMKG menjelaskan suhu panas ekstrem sedang melanda negara-negara Asia dalam sepekan terakhir. Indonesia sebetulnya tidak mengalami
gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaannya juga tergolong panas.
"Ternyata di beberapa negara di Asia sedang mengalami '
heatwave' atau gelombang panas. Hal ini tidak biasa terjadi sehingga menjadi perbincangan hangat dunia terkini," demikian pernyataan BMKG.
Setidaknya, ada lima penyebab yang diungkap BMKG terkait suhu panas ekstrem yang sedang melanda Indonesia. Berikut ini di antaranya:
- Dinamika atmosfer yang tidak biasa.
- Suhu panas bulan April di Wilayah Asia Selatan secara klimatologis dipengaruhi oleh gerak semua matahari: lonjakan panas tahun 2023 terparah.
- Tren pemanasan global dan perubahan iklim: gelombang panas 'heatwave' semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering.
- Dominasi Monsun Australia: Indonesia memasuk musim kemarau.
- Intensitas maksimum radiasi matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.
Memasuki kemarau normal
Sebelumnya, BMKG juga mengungkapkan, Indonesia mulai memasuki awal musim kemarau pada 16 April 2023. Ketika itu, pihak BMKG menyebut musim kemarau sudah memasuki sebagian wilayah Provinsi Banten.
"Kalau dua sampai tiga tahun lalu terjadi kemarau basah yang terkadang dilanda hujan, namun sekarang kemarau normal,"kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG, Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang, Tarjono.
Kemarau kategori normal diprediksikan terjadi tahun ini dan dirasakan lebih panas, walaupun suhu udara yang terjadi masih dalam katagori normal 35°C.
Kemarau normal ditandai terik matahari cukup dirasakan panas dibandingkan kemarau basah. Puncak musim kemarau normal diprediksi pada Agustus dan September 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PAT)