Di era modern, industri nikel memegang peranan penting dalam perkembangan dunia. Sejarah industri smelter nikel di Indonesia sendiri dimulai pada tahun 1859-an, ketika seorang ahli geologi Belanda bernama Reinier Cornelis Bakhuizen van den Brink menemukan bijih nikel di Pulau Sulawesi.
Namun, operasi penambangan dan pengolahan yang signifikan baru dimulai pada awal abad ke-21. Lalu pada tahun 2014, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel mentah (ore ban) sebagai upaya mendorong pengembangan industri hilir nikel di dalam negeri.
Akibat kebijakan ini, banyak perusahaan pertambangan nikel yang membangun smelter nikel di Indonesia. Salah satu pabrik smelter nikel terbesar di Indonesia adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park, sebuah perusahaan patungan antara Bintang Delapan Group dan Tsingshan Holding Group dari China.
Dengan adanya pabrik-pabrik smelter nikel, Indonesia berhasil menjadi produsen nikel terbesar di dunia dengan mencatat produksi sebanyak 760.000 ton nikel pada tahun 2020. Sedangkan hingga pertengahan 2024, total ada 44 smelter nikel yang beroperasi di Indonesia dan telah menyerap sekiranya 102.965 tenaga kerja.
| Baca juga: Indonesia Perkuat Industri Baterai EV dengan Pabrik Pengolahan Nikel |
Hilirisasi Nikel Era Pemerintahan Joko Widodo
Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah berfokus pada pengembangan hilirisasi industri nikel dan sumber daya alam lainnya. Hilirisasi sendiri merupakan cara untuk menciptakan nilai tambah dari kekayaan alam yang melimpah di Indonesia.Tujuan utama dari hilirisasi nikel adalah menciptakan ekosistem yang kompetitif pada rantai nilai baterai litium dan kendaraan listrik. Juga, meningkatkan permintaan kerja yang kemudian mampu mendorong peningkatan akses maupun kualitas pendidikan melalui pembukaan politeknik dan jurusan baru di kawasan hilirisasi.
Menurut Jokowi, hilirisasi industri nikel merupakan kunci dalam meningkatkan ekonomi nasional. Pernyataan tersebut terbukti dengan peningkatan angka ekspor nikel di Indonesia, yakni hanya bernilai Rp45 triliun pada 2015 dan melonjak hingga Rp520 triliun pada 2023.
| Baca juga: Bahlil: Berkat Hilirisasi, Nilai Tambah Ekonomi Kita Naik 10 Kali Lipat |
Selain itu, pada Mei 2024, London Metal Exchange (LME) menyetujui pencatatan merek nikel olahan pertama dari Indonesia, dengan kode "DX-zwdx". Masuknya merek ini menjadi momen penting bagi industri global dan sejarah industri nikel Indonesia.
LME sendiri adalah bursa berjangka dan opsi terbesar sekaligus tertua di dunia untuk perdagangan logam industri, termasuk aluminium, tembaga, nikel, dan seng. Merek yang disetujui masuk bursa LME harus mematuhi persyaratan yang ketat tentang kualitas, bentuk, dan berat.
Hilirisasi dilaporkan tidak hanya mendulang untung bagi para perusahaan. Negara dan masyarakat juga mendapatkan manfaat dari proyek ini, mulai dari bertambahnya lapangan pekerjaan, serta pajak yang didapat dari bea ekspor, bea keluar, pajak penghasilan karyawan, dan sebagainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id