Jakarta: Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah meraih penghargaan Bung Hatta Anti-Corruptions Award (BHACA). Ia dinilai sebagai kepala daerah yang ketat menjaga Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan tak segan mencopot anak buahnya yang terbukti korupsi.
Salah satu juri BHACA, Betti Alisjahbana mengatakan, Nurdin Abdullah memiliki komitmen tinggi dalam membangun pemerintahan yang bersih dari korupsi. Tak hanya itu, di tangan Nurdin, Bantaeng menjadi daerah yang berhasil keluar dari kategori 199 wilayah tertinggal. Selama kepemimpinanya, angka pengangguran menurun drastis, dari semula 23 persen menjadi 7 persen.
"Kemajuan Kota Bantaeng juga terlihat dari pendapatan per kapitanya, dari Rp5,5 juta menjadi Rp34,5 per kapita," kata Betty di malam penganugerahan BHACA di Jakarta Pusat, Kamis 14 Desember 2017.
Penghargaan ini juga diberikan kepada Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan RI, Heru Pambudi. Heru dianggap salah satu pemimpin reformasi kepabeanan dan cukai. Karena kepemimpinannya, pelayanan di Direktorat Bea dan Cukai bisa lebih cepat dan transparan.
"Pembenahan di Banteng dan Bea Cukai masih sangat panjang. Namun karena konsistensi dan integritasnya, maka mereka patut mendapat penghargaan," ujar Betty.
Nurdin mengaku sangat bahagia menerima penghargaan bergengsi tersebut. Penghargaan BHACA ini, kata dia, bakal menjadi pengingat agar terus menjaga integritas dan nama baik keluarga. "Saya juga harus menjaga nama baik saya sebagai guru besar Universitas Hassanudin," ucap Nurdin.
BHACA diberikan untuk tokoh-tokoh Indonesia yang berusaha mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan, dan bertanggung jawab. BHACA ada sejak 2003 dan memberikan penghargaan setiap dua tahun sekali.
Setidaknya sudah 15 orang mendapat penghargaan antikorupsi ini. Beberapa yang pernah meraihnya antara lain Joko Widodo, Basuki Tjahja Purnama, Tri Risma Harini, Yoyok Riuo Sudibyo, dan Sri Mulyani.
Jakarta: Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah meraih penghargaan
Bung Hatta Anti-Corruptions Award (BHACA). Ia dinilai sebagai kepala daerah yang ketat menjaga Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dan tak segan mencopot anak buahnya yang terbukti korupsi.
Salah satu juri BHACA, Betti Alisjahbana mengatakan, Nurdin Abdullah memiliki komitmen tinggi dalam membangun pemerintahan yang bersih dari korupsi. Tak hanya itu, di tangan Nurdin, Bantaeng menjadi daerah yang berhasil keluar dari kategori 199 wilayah tertinggal. Selama kepemimpinanya, angka pengangguran menurun drastis, dari semula 23 persen menjadi 7 persen.
"Kemajuan Kota Bantaeng juga terlihat dari pendapatan per kapitanya, dari Rp5,5 juta menjadi Rp34,5 per kapita," kata Betty di malam penganugerahan BHACA di Jakarta Pusat, Kamis 14 Desember 2017.
Penghargaan ini juga diberikan kepada Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan RI, Heru Pambudi. Heru dianggap salah satu pemimpin reformasi kepabeanan dan cukai. Karena kepemimpinannya, pelayanan di Direktorat Bea dan Cukai bisa lebih cepat dan transparan.
"Pembenahan di Banteng dan Bea Cukai masih sangat panjang. Namun karena konsistensi dan integritasnya, maka mereka patut mendapat penghargaan," ujar Betty.
Nurdin mengaku sangat bahagia menerima penghargaan bergengsi tersebut. Penghargaan BHACA ini, kata dia, bakal menjadi pengingat agar terus menjaga integritas dan nama baik keluarga. "Saya juga harus menjaga nama baik saya sebagai guru besar Universitas Hassanudin," ucap Nurdin.
BHACA diberikan untuk tokoh-tokoh Indonesia yang berusaha mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan, dan bertanggung jawab. BHACA ada sejak 2003 dan memberikan penghargaan setiap dua tahun sekali.
Setidaknya sudah 15 orang mendapat penghargaan antikorupsi ini. Beberapa yang pernah meraihnya antara lain Joko Widodo, Basuki Tjahja Purnama, Tri Risma Harini, Yoyok Riuo Sudibyo, dan Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)