Ilustrasi. medcom.id
Ilustrasi. medcom.id

Beda Jenis, Ini Keunggulan Zifivax Dibanding Vaksin Lain Asal Tiongkok

Adri Prima • 07 Oktober 2021 19:21
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin covid-19 merek Zifivax. Vaksin tersebut sudah lolos uji klinis fase III di Indonesia. 
 
Vaksin Zifivax dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, Tiongkok. Namun, untuk uji klinis fase satu hingga tiga melalui multisenter di beberapa negara.
 
"Selain di Indonesia, Tiongkok juga untuk fase tiganya di Uzbekistan, Pakistan, dan Ekuador dengan jumlah subjek sekitar 28.500 dan di Indonesia sendiri ada 4000 subjek," ucap Kepala BPOM Penny K Lukito, Kamis, 7 Oktober 2021.

Kehadiran vaksin Zifivax tentunya menambah daftar vaksin asal Tiongkok yang sudah beredar sebelumnya seperti Sinovac dan Sinopharm. Berikut ini keunggulan vaksin Zifivax dibanding Sinovac dan Sinopharm. 

1. Efikasi lebih tinggi

Vaksin Zifivax memiliki efikasi mencapai 81,71 persen. Persentase efikasi itu akan dicapai tujuh hari setelah mendapatkan vaksinasi lengkap.
 
Efikasi Zifivax lebih tinggi dibanding dua dosis vaksin Sinopharm yang memiliki efikasi sebesar 79 persen. Sedangkan Sinovac hanya memiliki efikasi sebesar 65,3 persen.

2. Aman untuk pasien immunocompromised

Teknologi Vaksin Zifivax berbasis protein sub unit rekombinan. Teknologi itu diklaim lebih aman bagi pasien immunocompromised yakni pasien yang memiliki risiko lebih tinggi. 
 
Berbeda dengan Sinopharm maupun Sinovac, yang keduanya sama-sama menggunakan virus yang telah dimatikan dengan proses kimiawi. Materi genetik virus masih akan terdeteksi oleh sistem imun, sehingga antibodi akan membentuk pertahanan melawan Covid-19 namun berisiko untuk pasien immunocompromised.

3. Perlindungan maksimal dengan 3 dosis

Jika Sinopharm dan Sinovac hanya diberikan 2 dosis, lain halnya Zifivax dengan 3 dosis. Direktur Utama PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBio) Mahendra Suhardono mengatakan tujuan Zifovax diberikan tiga kali dosis adalah untuk mendapatkan hasil maksimal.
 
Mahendra menyebut hal ini juga diterapkan pada vaksin penyakit lain, seperti Hepatitis B dan Polio. "Kemudian dari penelitian juga mengatakan bahwa tubuh ini kan perlu pembelajaran untuk memberi kekebalan yang sempurna. Dosis pertama mungkin timbul sedikit, kedua itu jadi, ketiga lebih sempurna lagi," ucap Mahendra.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan