Jakarta: Penutupan Taman Nasional (TN) Komodo, Nusa Tenggara Timur, menuai kontroversi. Banyak masyarakat yang tak sepakat dengan kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat itu.
Viktor beralasan, penutupan TN Komodo guna pemulihan bagi rusa yang menjadi mangsa komodo. Kawasan wisata TN Komodo tidak ditutup seluruhnya, hanya Pulau Komodo.
"Rencana penutupan (TN Komodo) ini hanya khusus di Pulau Komodo saja. Kan masih ada Pulau Rinca, Pulau Padar, dan lainnya yang bisa dikunjungi. Karena di pulau-pulau kecil itu juga ada komodonya (varanus komodoensis)," kata Viktor seperti dilansir Antara, Minggu, 3 Februari 2019.
Ia menambahkan, penutupan Pulau Komodo perlu dilakukan untuk pembenahan, terutama yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup satwa purba raksasa itu. Dia pun sempat berpikir untuk melakukan rekayasa genetik terhadap komodo.
"Tampaknya perlu dilakukan rekayasa genetika agar populasi satwa komodo tidak semakin berkurang seiring perjalanan waktu," katanya.
Sebelumnya, Viktor juga sempat membuat kontroversi terkait kenaikan tarif masuk TN Komodo. Ia ingin wisatawan mancanegara membayar USD500 dan USD100 untuk wisatawan dalam negeri.
Viktor pun tak acuh meski banyak masyarakat yang tak setuju dengan kebijakannya. Viktor meminta masyarakat yang tak memiliki uang untuk tak berlibur.
"Kalau dia (wisatawan) merasa mahal tidak usah datang. Kalau tidak ada uang jangan datang berlibur di sini," ujar dia.
Baca juga: Menpar: Isu Penutupan TN Komodo Ganggu Bisnis Wisata
Viktor menjelaskan alasannya menaikkan tarif masuk, karena komodo hanya ada di NTT. Menurutnya, tak ada pemandangan yang indah seelok di TN Komodo, dan tak ada komodo di dunia selain di NTT.
Baginya, komodo adalah binatang purba langka raksasa yang satu-satunya di dunia ada di Flores, NTT. Karena itu, dia menaikkan tarif tiket masuk.
Ia lantas mencontohkan kawasan termahal di Bhutan, Nepal. Setiap wisawatan wajib mengeluarkan USD250 jika masuk ke kawasan wisata tersebut. Kendati mahal, Bhutan tak kehilangan wisatawan.
"Saya yakin banyak wisatawan asing tetap berdatangan ke TN Komodo meski tarif masuknya dinaikkan. Turis asing ingin mengetahui sesuatu yang langka dan unik, sehingga saya tetap optimis bahwa jumlah kunjungan ke TN Komodo tetap akan tinggi meski harganya mahal," tutup dia.
Jakarta: Penutupan Taman Nasional (TN) Komodo, Nusa Tenggara Timur, menuai kontroversi. Banyak masyarakat yang tak sepakat dengan kebijakan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat itu.
Viktor beralasan, penutupan TN Komodo guna pemulihan bagi rusa yang menjadi mangsa komodo. Kawasan wisata TN Komodo tidak ditutup seluruhnya, hanya Pulau Komodo.
"Rencana penutupan (TN Komodo) ini hanya khusus di Pulau Komodo saja. Kan masih ada Pulau Rinca, Pulau Padar, dan lainnya yang bisa dikunjungi. Karena di pulau-pulau kecil itu juga ada komodonya (
varanus komodoensis)," kata Viktor seperti dilansir Antara, Minggu, 3 Februari 2019.
Ia menambahkan, penutupan Pulau Komodo perlu dilakukan untuk pembenahan, terutama yang berkaitan dengan keberlangsungan hidup satwa purba raksasa itu. Dia pun sempat berpikir untuk melakukan rekayasa genetik terhadap komodo.
"Tampaknya perlu dilakukan rekayasa genetika agar populasi satwa komodo tidak semakin berkurang seiring perjalanan waktu," katanya.
Sebelumnya, Viktor juga sempat membuat kontroversi terkait kenaikan tarif masuk TN Komodo. Ia ingin wisatawan mancanegara membayar USD500 dan USD100 untuk wisatawan dalam negeri.
Viktor pun tak acuh meski banyak masyarakat yang tak setuju dengan kebijakannya. Viktor meminta masyarakat yang tak memiliki uang untuk tak berlibur.
"Kalau dia (wisatawan) merasa mahal tidak usah datang. Kalau tidak ada uang jangan datang berlibur di sini," ujar dia.
Baca juga:
Menpar: Isu Penutupan TN Komodo Ganggu Bisnis Wisata
Viktor menjelaskan alasannya menaikkan tarif masuk, karena komodo hanya ada di NTT. Menurutnya, tak ada pemandangan yang indah seelok di TN Komodo, dan tak ada komodo di dunia selain di NTT.
Baginya, komodo adalah binatang purba langka raksasa yang satu-satunya di dunia ada di Flores, NTT. Karena itu, dia menaikkan tarif tiket masuk.
Ia lantas mencontohkan kawasan termahal di Bhutan, Nepal. Setiap wisawatan wajib mengeluarkan USD250 jika masuk ke kawasan wisata tersebut. Kendati mahal, Bhutan tak kehilangan wisatawan.
"Saya yakin banyak wisatawan asing tetap berdatangan ke TN Komodo meski tarif masuknya dinaikkan. Turis asing ingin mengetahui sesuatu yang langka dan unik, sehingga saya tetap optimis bahwa jumlah kunjungan ke TN Komodo tetap akan tinggi meski harganya mahal," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)