medcom.id, Jakarta: Lima sekawan menjadi korban insiden ledakan di Starbucks, Lotus, Djakarta Theater, kemarin. Kelimanya nyaris tewas dalam serangan teroris tersebut.
Sekawan itu tengah nongkrong buat merencanakan reuni kuliah, saat bom meledak di kedai kopi khas Amerika itu.
"Teman-teman saya lulusan BSI nongkrong di sini (Starbucks) kena jam 10.00 wib," kata Ardilah, teman kelima korban saat ditemui di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016).
Ardilah yang juga bekerja di kedai makan Burgerking, di samping Starbucks yang meledak itu, belum sempat bertemu dengan kelima kawannya. Ia masih bekerja di kantornya.
Tiba-tiba, ledakan keras terdengar. Ada tujuh ledakan yang mendentum seketika. Ardilah tunggang langgang ke Gedung Jaya buat mengamankan diri.
"Saya shock tidak bisa bicara kemarin. Takut dan emosi," ungkap dia.
Belakangan, dia mulai sadar, ada lima sekawan yang sempat menunggunya di kedai kopi. Tak dinyana, sekawan sudah jadi korban serangan. "Dua kena ledakan, tiga kena tembakan," sebut dia. Semua teman Ardilah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Ardilah pun ingat, ada sosok tinggi berkulit hitam dengan menggendong tas dan berkaos hitam. Rupanya, sosok tersebut adalah sang penebar teror.
"Saya lihat dia," kenang Ardila.
medcom.id, Jakarta: Lima sekawan menjadi korban insiden ledakan di Starbucks, Lotus, Djakarta Theater, kemarin. Kelimanya nyaris tewas dalam serangan teroris tersebut.
Sekawan itu tengah
nongkrong buat merencanakan reuni kuliah, saat bom meledak di kedai kopi khas Amerika itu.
"Teman-teman saya lulusan BSI nongkrong di sini (Starbucks) kena jam 10.00 wib," kata Ardilah, teman kelima korban saat ditemui di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016).
Ardilah yang juga bekerja di kedai makan Burgerking, di samping Starbucks yang meledak itu, belum sempat bertemu dengan kelima kawannya. Ia masih bekerja di kantornya.
Tiba-tiba, ledakan keras terdengar. Ada tujuh ledakan yang mendentum seketika. Ardilah tunggang langgang ke Gedung Jaya buat mengamankan diri.
"Saya shock tidak bisa bicara kemarin. Takut dan emosi," ungkap dia.
Belakangan, dia mulai sadar, ada lima sekawan yang sempat menunggunya di kedai kopi. Tak dinyana, sekawan sudah jadi korban serangan. "Dua kena ledakan, tiga kena tembakan," sebut dia. Semua teman Ardilah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Ardilah pun ingat, ada sosok tinggi berkulit hitam dengan menggendong tas dan berkaos hitam. Rupanya, sosok tersebut adalah sang penebar teror.
"Saya lihat dia," kenang Ardila.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)