Jakarta: Isu autisme karena mengonsumsi produk tertentu memunculkan perdebatan. Hal tersebut diyakini tak terkait konsumsi produk tertentu. Psikolog klinis Mutiara S, mengatakan penyebab autisme bukan kandungan bahan tertentu.
"Tapi ada kelainan pada perkembangan atau pertumbuhan anaknya,” kata Mutiara dalam keterangan yang dikutip Senin, 2 September 2024.
Pernyataan itu merespons isu autisme yang disebabkan polikarbonat pada air kemasan. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, (Kak Seto), meragukan isu yang berhembus. Sebab, pihaknya belum menerima laporan terkait paparan air kemasan sebagai penyebab autisme.
“Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon,” ujar Kak Seto.
Guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Rini Sekartini, melihat pengaruh faktor genetik terkait autisme, bukan air galon.
“Itulah sebabnya hingga saat ini pun belum ada kajian yang dilakukan terkait hal tersebut,” ujarnya.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) membeberkan, autisme muncul karena kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Penelitian terbaru mengonfirmasi beberapa kelainan genetik yang dapat mempengaruhi seseorang terhadap autisme.
Dokter spesialis anak, Bernie Endyarni Medise, mengaku tidak pernah melihat ada kasus anak autis karena konsumsi air galon, khususnya dengan kandungan polikarbonat. Sebab, penelitian menunjukkan autisme terkait genetik tertentu, seperti adanya autism pada kelainan Fragile X syndrome.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, Hermawan Saputra, mengatakan belum ada bukti yang cukup kuat untuk menyampaikan ke masyarakat terkait hal tersebut. Mesti dilihat terlebih dahulu seluruh kejadiannya, fenomena, dan faktanya atau evidence based public health.
“Harus dilihat sudahkah pernah ada suatu fenomena atau kejadian yang memang hasil penyelidikannya berdampak luas dan memang terjadi kasus yang signifikan di masyarakat,” ujar Hermawan.
Jakarta: Isu autisme karena mengonsumsi produk tertentu memunculkan perdebatan. Hal tersebut diyakini tak terkait konsumsi produk tertentu. Psikolog klinis Mutiara S, mengatakan penyebab
autisme bukan kandungan bahan tertentu.
"Tapi ada kelainan pada perkembangan atau pertumbuhan anaknya,” kata Mutiara dalam keterangan yang dikutip Senin, 2 September 2024.
Pernyataan itu merespons isu
autisme yang disebabkan polikarbonat pada air kemasan. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi, (Kak Seto), meragukan isu yang berhembus. Sebab, pihaknya belum menerima laporan terkait paparan air kemasan sebagai penyebab autisme.
“Sampai saat ini LPAI belum pernah mendengar laporan ada anak yang menderita autis karena terlalu banyak minum air galon,” ujar Kak Seto.
Guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Rini Sekartini, melihat pengaruh faktor genetik terkait autisme, bukan air galon.
“Itulah sebabnya hingga saat ini pun belum ada kajian yang dilakukan terkait hal tersebut,” ujarnya.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) membeberkan, autisme muncul karena kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Penelitian terbaru mengonfirmasi beberapa kelainan genetik yang dapat mempengaruhi seseorang terhadap autisme.
Dokter spesialis anak, Bernie Endyarni Medise, mengaku tidak pernah melihat ada kasus anak autis karena konsumsi air galon, khususnya dengan kandungan polikarbonat. Sebab, penelitian menunjukkan autisme terkait genetik tertentu, seperti adanya autism pada kelainan Fragile X syndrome.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, Hermawan Saputra, mengatakan belum ada bukti yang cukup kuat untuk menyampaikan ke masyarakat terkait hal tersebut. Mesti dilihat terlebih dahulu seluruh kejadiannya, fenomena, dan faktanya atau evidence based public health.
“Harus dilihat sudahkah pernah ada suatu fenomena atau kejadian yang memang hasil penyelidikannya berdampak luas dan memang terjadi kasus yang signifikan di masyarakat,” ujar Hermawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)