Jakarta: Partisipasi dan kepemimpinan perempuan dinilai penting dalam penanggulangan bencana. Risiko perempuan dan anak-anak meninggal 14 kali lebih besar daripada pria saat bencana.
“Perempuan harus mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kesetaraan akses, kapabilitas, sumber daya, dan peluang yang setara,” kata Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Prasinta Dewi dalam keterangan tertulis, Minggu, 6 Maret 2022.
Prasinta mengatakan perempuan berpotensi berhadapan dengan ancaman bencana yang lebih besar berdasarkan kajian Oxfam. Bahkan, anak-anak, lanjut usia, dan kelompok disabilitas turut terdampak.
“Setiap terjadi bencana alam, nonalam, dan konflik sosial terdapat 60 sampai dengan 70 persen korbannya adalah mereka,” papar dia.
Menurut Prasinta, hal itu terjadi lantaran keterlibatan perempuan dan sosialisasi kebencanaan masih minim. Sehingga pengetahuan dan keterampilan saat menyelamatkan diri kurang memadai hingga kerap memilukan.
“Banyak kita temukan para korban bencana dari kaum perempuan dalam posisi berada dekat dengan anak-anaknya atau berada di samping orang tua,” ujar dia.
Baca: Pemerintah Diminta Meningkatkan Pemulihan Dampak Bencana
Prasinta menyebut hal itu merupakan naluri perempuan untuk melindungi keluarga. Sehingga mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri.
Naluri tersebut, kata Prasinta, sejatinya baik namun perlu dibarengi dengan informasi dan pengetahuan terkait kebencanaan. Sehingga perempuan tetap bisa menolong keluarga dan menyelamatkan diri sendiri.
“Diperlukan ragam kegiatan pemberdayaan perempuan agar bisa mengurangi risiko bencana dan strategi penanganan bencana secara holistik dengan tidak mengesampingkan responsif gender,” jelas dia.
Jakarta: Partisipasi dan kepemimpinan
perempuan dinilai penting dalam penanggulangan
bencana. Risiko perempuan dan anak-anak meninggal 14 kali lebih besar daripada pria saat bencana.
“Perempuan harus mendapatkan kesempatan untuk memperoleh kesetaraan akses, kapabilitas, sumber daya, dan peluang yang setara,” kata Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (
BNPB) Prasinta Dewi dalam keterangan tertulis, Minggu, 6 Maret 2022.
Prasinta mengatakan perempuan berpotensi berhadapan dengan ancaman bencana yang lebih besar berdasarkan kajian Oxfam. Bahkan, anak-anak, lanjut usia, dan kelompok disabilitas turut terdampak.
“Setiap terjadi bencana alam, nonalam, dan konflik sosial terdapat 60 sampai dengan 70 persen korbannya adalah mereka,” papar dia.
Menurut Prasinta, hal itu terjadi lantaran keterlibatan perempuan dan sosialisasi kebencanaan masih minim. Sehingga pengetahuan dan keterampilan saat menyelamatkan diri kurang memadai hingga kerap memilukan.
“Banyak kita temukan para korban bencana dari kaum perempuan dalam posisi berada dekat dengan anak-anaknya atau berada di samping orang tua,” ujar dia.
Baca:
Pemerintah Diminta Meningkatkan Pemulihan Dampak Bencana
Prasinta menyebut hal itu merupakan naluri perempuan untuk melindungi keluarga. Sehingga mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri.
Naluri tersebut, kata Prasinta, sejatinya baik namun perlu dibarengi dengan informasi dan pengetahuan terkait kebencanaan. Sehingga perempuan tetap bisa menolong keluarga dan menyelamatkan diri sendiri.
“Diperlukan ragam kegiatan pemberdayaan perempuan agar bisa mengurangi risiko bencana dan strategi penanganan bencana secara holistik dengan tidak mengesampingkan responsif gender,” jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)