Gelombang ketiga, kenali varian Omicron dan Deltan. Foto: Dok/Metro TV
Gelombang ketiga, kenali varian Omicron dan Deltan. Foto: Dok/Metro TV

Gelombang Ketiga, Kenali Omicron dan Delta

MetroTV • 08 Februari 2022 15:28
Jakarta: Gelombang ketiga Covid-19 tengah dihadapi oleh masyarakat dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Berbeda dengan gelombang kedua yang ditimbulkan dari varian Delta, varian Omicron kini menjadi pemicu utama dimulainya gelombang ketiga.
 
I Gusti Ngurah Kade Mahardika, ahli virologi Universitas Udayana mengatakan, jika varian Delta dan Omicron sama-sama menyerang saluran pernapasan sebagai target utama. Hanya saja ada sedikit perbedaan di antara keduanya.
 
"Gejala pernapasan untuk Omicron cenderung untuk pernapasan bagian atas, yaitu tenggorokan kering. Diikuti dengan batuk, flu, sampai demam. Sedangkan sebelumnya (kasus Delta) cenderung sampai radang paru-paru," ujar ahli virologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia, Selasa, 8 Februari 2022.

Kendati demikian, diharapkan masyarakat menghadapi varian omicron dengan kesiapsiagaan yang sama dengan saat menghadapi varian Delta. Tidak lengah hanya karena merasa gejala Omicron tidak seberbahaya Delta.
 
"Yang harus kita atasi dalam Omicron ini adalah pelaporan diri. Kalau memang ada kecurigaan, inisiatif testing dini untuk meyakinkan apakah kita membawa (virus tersebut) atau tidak,” ujarnya.
 
I Gusti Ngurah Kade Mahardika menyampaikan jika kini ada orang yang terpapar Covid-19, 96% peluangnya adalah terkena Omicron. Menurutnya, tidak ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus tersebut.
 
Namun, Pemberlakuan Pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) tetap dilakukan pemerintah untuk menekan angka kasus positif Covid-19.
 
"Jumlah orang yang masuk rumah sakit akan meningkat sehingga sistem kesehatan kewalahan, karena orang yang terinfeksi luar biasa banyak. Untuk menekan ini, PPKM dikerahkan lagi di level 3 pada pulau Jawa dan Bali," katanya.
 
Omicron Belum Bisa Dikatakan Endemi
 
Terdapat dua syarat untuk mencapai endemi. Pertama, virus menular dengan cepat. Kedua, virus tidak menimbulkan gejala berat atau fatal. Namun menurut I Gusti Ngurah Kade Mahardika, meskipun penyebaran omicron relatif cepat dengan gejala lebih ringan, varian ini belum bisa dikatakan endemi.
 
"(syarat) kedua ini belum bisa diprediksi. Kita tidak bisa mengatakan virus tidak berbahaya karena sebagian besar (pasien Covid-19 varian omicron) sudah divaksin dan sebagian besar sudah terpapar sebelumnya. Sehingga sudah memiliki kekebalan alami," katanya.
 
Masyarakat diminta untuk bersabar dan menunggu dua sampai tiga minggu ke depan.
 
Penentuan omicron dapat dikatakan endemi atau tidak, tergantung dengan data jumlah orang yang masuk rumah sakit dengan kondisi belum divaksinasi dan berakhir meninggal dunia. Serta jumlah orang yang masuk rumah sakit dengan keadaan sudah mendapatkan vaksin, lalu meninggal dunia.
 
"Kalau dari sana memang datanya mengatakan orang yang tidak divaksin, masuk rumah sakit, dan meninggal dunia case fatality rate-nya jauh lebih rendah, maka kita bisa mengatakan masuk endemi," kata I Gusti Ngurah Kade Mahardika. (Fatha Annisa)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan