Jakarta: Peta geospasial dasar yang dirilis Badan Informasi Geospasial (BIG) memiliki banyak fungsi. Salah satunya menjadi acuan peta tematik mitigasi bencana.
Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia di awal 2019 dinilai bukan karena pemerintah tidak menggunakan peta geospasial dasar. Sebab, peta itu bersifat generik.
"Saya kira tidak juga," kata Sekretaris Utama Badan Informasi Geospasial (BIG) Muhtadi Ganda Sutrisna dalam diskusi di Jakarta, Sabtu 4 Mei 2019.
Dia menjelaskan data mengenai bencana harus diperbarui terus menerus. Sedangkan peta geospasial dasar adalah data generik sehingga memiliki durasi pengembangan tertentu.
"Kalau peta geospasial dasar diperbarui tiap lima tahun sekali kecuali daerah yang bentangnya beda seperti mengalami likuifaksi (pencairan tanah)," pungkasnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut per Maret 2019, jumlah kejadian bencana alam di Indonesia lebih banyak ketimbang 2018. Selama Januari-Maret terjadi sebanyak 1.107 bencana.
"Menyebabkan 375 orang meninggal dan hilang, 1.340 luka-luka dan 850.772 orang mengungsi dan terdampak," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho di gedung BNPB, Jakarta Timur, Jumat, 29 Maret 2019.
Data BNPB menyebut pada rentang waktu yang sama yakni Januari-Maret 2018 korban meninggal dan hilang lebih sedikit daripada tahun ini. Sebanyak 100 tewas dengan total 836 bencana.
Sedangkan sebanyak 256 bencana menimpa Indonesia sepanjang April 2019. BNPB mencatat 58 orang meninggal dan belasan orang hilang dalam sebulan belakangan.
Sutopo Purwo Nugroho menyebut becana yang melanda Indonesia beragam. Mulai banjir, tanah longsor, hingga letusan gunung berapi.
"Selanjutnya diikuti puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, letusan gunung api, dan gelombang pasang atau abrasi," kata Sutopo di Gedung BNBP, Jakarta, Selasa, 30 April 2019.
BNPB juga mencatat 111.876 orang mengungsi dan terdampak bencana sepanjang April 2019. Sebanyak 91 persen dari total korban merupakan mereka yang terdampak banjir.
Jakarta: Peta geospasial dasar yang dirilis Badan Informasi Geospasial (BIG) memiliki banyak fungsi. Salah satunya menjadi acuan peta tematik mitigasi bencana.
Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia di awal 2019 dinilai bukan karena pemerintah tidak menggunakan peta geospasial dasar. Sebab, peta itu bersifat generik.
"Saya kira tidak juga," kata Sekretaris Utama Badan Informasi Geospasial (BIG) Muhtadi Ganda Sutrisna dalam diskusi di Jakarta, Sabtu 4 Mei 2019.
Dia menjelaskan data mengenai bencana harus diperbarui terus menerus. Sedangkan peta geospasial dasar adalah data generik sehingga memiliki durasi pengembangan tertentu.
"Kalau peta geospasial dasar diperbarui tiap lima tahun sekali kecuali daerah yang bentangnya beda seperti mengalami likuifaksi (pencairan tanah)," pungkasnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut per Maret 2019, jumlah kejadian bencana alam di Indonesia lebih banyak ketimbang 2018. Selama Januari-Maret terjadi sebanyak 1.107 bencana.
"Menyebabkan 375 orang meninggal dan hilang, 1.340 luka-luka dan 850.772 orang mengungsi dan terdampak," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho di gedung BNPB, Jakarta Timur, Jumat, 29 Maret 2019.
Data BNPB menyebut pada rentang waktu yang sama yakni Januari-Maret 2018 korban meninggal dan hilang lebih sedikit daripada tahun ini. Sebanyak 100 tewas dengan total 836 bencana.
Sedangkan sebanyak 256 bencana menimpa Indonesia sepanjang April 2019. BNPB mencatat 58 orang meninggal dan belasan orang hilang dalam sebulan belakangan.
Sutopo Purwo Nugroho menyebut becana yang melanda Indonesia beragam. Mulai banjir, tanah longsor, hingga letusan gunung berapi.
"Selanjutnya diikuti puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gempa bumi, letusan gunung api, dan gelombang pasang atau abrasi," kata Sutopo di Gedung BNBP, Jakarta, Selasa, 30 April 2019.
BNPB juga mencatat 111.876 orang mengungsi dan terdampak bencana sepanjang April 2019. Sebanyak 91 persen dari total korban merupakan mereka yang terdampak banjir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(EKO)