Jokowi dan pendukung saat Konser 2 Jari di GBK. Antara Foto/Agung Rajasa
Jokowi dan pendukung saat Konser 2 Jari di GBK. Antara Foto/Agung Rajasa

Cahaya, Cinta, dan Canda Quraish

Pendukung Jokowi Pantang Menyerah Dekati Quraish Shihab

Tri Kurniawan • 09 Juli 2015 19:42
medcom.id, Jakarta: Seorang tokoh partai secara khusus datang menemui Quraish Shihab meminta untuk menyampaikan testimoni tentang seorang calon presiden pada Pilpres 2014. Quraish menolak. Baginya, ulama harus netral di depan umum.
 
"Kita punya pengalaman bahwa ulama yang memihak satu partai ditinggalkan oleh yang lain. Jadi tidak akan ada testimoni atau dukungan," kata Quraish tegas.
 
Quraish sadar kehadirannya di acara salah satu kandidat akan menuai tudingan ia berpihak. "Saya ulama, saya harus netral," begitu Quraish mengulang jawaban setiap ada ajakan untuk berada di salah satu kelompok.

Tetapi pendukung pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla pantang menyerah. Mereka masuk dengan beragam cara, dan mengirim tokoh-tokoh yang dekat dengan Quraish. Quraish akhirnya bersedia dengan syarat, doanya bersifat umum.
 
Tak mau menyakiti pihak lain, ia mengirim pesan ke kubu Prabowo-Hatta Rajasa. Isinya, ia siap diminta berdoa di acara pasangan capres tersebut.
 
Tak bisa dimungkiri, ada ikatan emosional Quraish dengan kubu Jokowi-JK. Ia sudah bersahabat empat generasi dengan Jusuf Kalla. Adiknya, Alwi Shihab, ada di deretan penyokong utama Jokowi. Tapi, di kubu Prabowo pun ia memiliki ikatan emosional yang kental.
 
Adik kandungnya, Nizar Shihab dan iparnya Nurhayati Assegaf, kader Partai Demokrat, memihak Prabowo.
 
Kesediaan Quraish untuk ikut perhelatan acara pamungkas Jokowi-JK ia putuskan hanya beberapa hari sebelumnya. "Terlalu banyak yang tanya," kata Quraish.
 
Awalnya ia memilih diam. Seperti semboyan 'diam itu emas, bicara itu perak'. Tapi, situasi yang berkembang membuat Quraish merasa saat ini bicara lebih penting daripada diam. "Jika tetap diam, maka yang diam adalah setan yang bisu," katanya.
 
Semakin dekat waktu pemilihan presiden, persaingan memang semakin ketat. Segala cara jurus menjatuhkan lawan, dikeluarkan. "Fitnah terlalu banyak. Kalau kita diam, sekian banyak suara yang akan hilang," kata Quraish.
 

Pendukung Jokowi Pantang Menyerah Dekati Quraish Shihab
Quraish Shihab memberi ceramah di kantor Nasional Demokrat, Selasa 24 Juli 2012. Foto: MI/Panca Syurkani
 

Dia lalu membulatkan tekad, sudah menjadi kewajibannya sebagai ulama yang memilih diam untuk tetap ikut menyampaikan petunjuk. Paling tidak dalam bentuk isyarat. Quraish bersandar pada Firman Allah surah al-Baqarah [2]: 283.
 
Tapi ia bergeming, hanya berdoa. Tidak ada pidato, apalagi kampanye menyebut nama calon. Sebagai warga negara, ia sama dengan yang lain memiliki hak memilih. Berulangkali ia menekankan, "Jangan beranggapan kalau sudah pilih si A berarti membenci si B."
 
Rumus Quraish sederhana, gunakan hati nurani dan ikuti pesan nabi: "Jangan pilih mereka yang menggebu-gebu meminta jabatan".
 
Meski sudah setuju untuk berdoa, ada saja yang ingin meminta lebih. Padahal, bagi Quraish sudah bertekad akan mendoakan kedua pasangan capres. Bagi Quraish, kandidat presiden pastilah orang besar.
 
Apalagi, baik Jokowi maupun Prabowo, memiliki peluang setara untuk jadi pemenang. "Sukses kepala negara merupakan sukses suatu bangsa," kata Quraish.
 
Datang ke Konser 2 Jari
 

Pendukung Jokowi Pantang Menyerah Dekati Quraish Shihab
Quraish Shihab (paling kanan) berdoa bersama cawapres, Jusuf Kalla dan tokoh NU, Hasyim Muzadi. Foto: MI/Ramdani
 
Quraish bersedia datang ke acara Konser 2 Jari Relawan Jokowi-JK. Susah payah Quraish menerobos lautan massa yang memadati Gelora Bung Karno. Tak ada celah untuk bergerak. Belum lagi orang merangsek maju berebut menyalami. Quarish menyerah. Ia khawatir dengan kesehatannya. Panitia bingung.
 
Polisi pun dipanggil. Quraish pun dikawal menyibak barikade massa. Alih menyingkir, pendukung Jokowi malah mendekat, berebut salaman dan berfoto. Quraish mundur lagi.
 
Panitia tak kalah akal. Pokoknya Quraish harus manggung dan mendaras doa. Akhirnya, dengan menumpang mobil, Quraish sampai di pinggir panggung untuk menutup acara dengan memimpin massa berdoa.
 
Senja semakin temaram di Stadion GBK. Massa masih menyemut. Quraish pun melantunkan doa. Doa yang ia beri judul 'Doa untuk Negeri'.
 

Cerita tersebut dikutip dari buku Cahaya, Cinta, dan Canda Quraish Shihab karya Mauluddin Anwar, Latief Siregar, dan Hadi Mustofa yang diterbitkan Lentera Hati.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan