medcom.id, Surabaya: Beragam cara dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVl) demi mengungkap jati diri jenazah korban AirAsia QZ8501. Mereka memastikan tetap akan bisa mengidentifikasi jenazah meski sidik jari korban mulai sulit dideteksi karena terlalu lama berada di laut.
Antropolog forensik Toetik Koesbardiyati menjelaskan, timnya masih bisa menemukan identitas korban kendati jenazah sudah sulit dikenali. Apalagi, menurutnya ada banyak ahli yang terlibat di tim DVI Polda Jatim ini.
"Kita terus semakin dalam mencari-cari supaya cepat identifikasi sisanya. Bukan sulit di mana, tapi terus bekerja dan bekerja," katanya saat ditemui di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Jatim, Rabu (14/1/2015).
Tim DVI terdiri dari ahli sidik jari inafis, DNA, patologi, ontologi dan antropologi forensik. Tim ini bekerja sesuai dengan kondisi dari jenazah. Contohnya, bila sidik jari rusak, ahli lain yang akan mendalami jenazah itu dengan mencari kecocokan data selain dari sidik jari.
"Enggak ada sidik jari, bisa dari DNA. DNA kan bisa dari tulang. Antropologi kita lihat umurnya," bebernya.
Menurut dia, tim ahli saat ini sedang memperkaya data ante mortem dan post mortem para korban AirAsia QZ8501. Setelah itu, tim akan mencocokkan data-data tersebut dengan korban.
"Untuk mencocokkan itu bukannya mudah. Bukan seperti membalikkan tangan. Perlu expertise dari berbagai ahli," pungkas dia.
medcom.id, Surabaya: Beragam cara dilakukan Tim Disaster Victim Identification (DVl) demi mengungkap jati diri jenazah korban AirAsia QZ8501. Mereka memastikan tetap akan bisa mengidentifikasi jenazah meski sidik jari korban mulai sulit dideteksi karena terlalu lama berada di laut.
Antropolog forensik Toetik Koesbardiyati menjelaskan, timnya masih bisa menemukan identitas korban kendati jenazah sudah sulit dikenali. Apalagi, menurutnya ada banyak ahli yang terlibat di tim DVI Polda Jatim ini.
"Kita terus semakin dalam mencari-cari supaya cepat identifikasi sisanya. Bukan sulit di mana, tapi terus bekerja dan bekerja," katanya saat ditemui di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Jatim, Rabu (14/1/2015).
Tim DVI terdiri dari ahli sidik jari inafis, DNA, patologi, ontologi dan antropologi forensik. Tim ini bekerja sesuai dengan kondisi dari jenazah. Contohnya, bila sidik jari rusak, ahli lain yang akan mendalami jenazah itu dengan mencari kecocokan data selain dari sidik jari.
"Enggak ada sidik jari, bisa dari DNA. DNA kan bisa dari tulang. Antropologi kita lihat umurnya," bebernya.
Menurut dia, tim ahli saat ini sedang memperkaya data ante mortem dan post mortem para korban AirAsia QZ8501. Setelah itu, tim akan mencocokkan data-data tersebut dengan korban.
"Untuk mencocokkan itu bukannya mudah. Bukan seperti membalikkan tangan. Perlu
expertise dari berbagai ahli," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)