medcom.id, Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan pertemuan dengan aktivis perempuan di rumah dinas Kapolri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 23 Oktober 2017 sore. Dalam pertemuan tersebut, Tito dan tamunya membahas perihal pernyataan Tito dalam wawancara dengan media BBC, yakni ‘Korban perkosaan bisa ditanya oleh penyidik 'apakah nyaman' selama perkosaan?’.
"Tadi saya menjelaskan bahwa wawancara yang saya lakukan dengan media itu, BBC, itu dilakukan dalam waktu yang cukup lama hampir satu jam. Dan topiknya sebenarnya bukan topik mengenai masalah kekerasan atau perkosaan, bukan," kata Tito, di rumah dinasnya, Senin malam.
Tito menjelaskan, kala itu permasalahan utama yang tengah dibicarakan adalah terkait terorisme, deradikalisasi, konflik Marawi, juga sejumlah isu lainnya dan kemajuan kepolisian.
Perihal tindakan kekerasan sekaual terhadap perempuan, lanjut Tito, adalah salah satu pembahasan terakhir. Yang kata Tito, terkait dengan peristiwa penggerebekan pesta sesama jenis berbalut bisnis Spa.
“Nah, saya ditanyakan, kenapa itu sampai ditindak? Saya menjawab bahwa ada Undang-undangnya, yaitu Undang-undang pornografi, kemudian apakah karena LGBT-nya? Secara hukum menilik hukum yang kuat hukum nasional, tapi merupakan persoalan sosial, persoalan kebudayaan, bahkan persoalan keagamaan karena adanya larangan-larangan dari beberapa sejumlah agama yang tegas melarang itu,” ungkapnya.
Dia menyatakan, prinsipnya polisi melakukan penegakan hukum kala itu selain untuk penertiban, juga untuk melakukan langkah proaktif demi mencegah konflik hingga berujung kekerasan.
"Nah kemudian ada pertanyaan-pertanyaan menyangkut masalah bahwa ada dugaan penyidik yang menanyakan hal-hal yang bersifat sangat privasi yang dianggap itu humiliated melecehkan," paparnya.
Tito menyebut, kala itu wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris. Saat wawancara berlangsung, lanjut Tito, ada beberapa pertanyaan terkait pertanyaan privasi. Pertanyaan privasi, ungkap Tito, bisa ditanyakan sepanjang untuk mengungkap motif, dan untuk memenuhi barang bukti.
Tak hanya itu, Tito mencontohkan, pada kasus dugaan pemerkosaan, dimungkinkan hal yang sangat privat untuk ditanyakan.
"Mengenai masalah mungkin persetubuhan, adanya masalah paksaan, bahkan adakah persetujuan atas persetubuhan itu? Permeriksaan bisa sampai kepada pertanyaan-pertanyaan sensitif itu. Tentunya kita melihat semua itu kasuistis ya," terang dia .
Pasalnya, kata dia, tidak mungkin petugas setiap menemukan korban di tengah jalan berarti korban perkosaan. Yang kemudian dibawa ke rumah atau ke rumah sakit dan langsung diitanyakan hal privasi.
"Eh kamu gimana, suka enggak (diperkosa)? Ya jelas enggak begitu lah,” kata Tito mencontohkan.
Dia mengungkap, polisi memiliki trik khusus untuk memahami psikologi. Oleh karena itu, kata Tito, untuk menangani masalah perempuan dan anak ada unit khusus.
"Tujuannya untuk menangani kasus perempuan dan anak. Ini membuktikan Polri sangat concern terhadap pelindungan perempuan dan anak. Kalau ada pertanyaan-pertanyaan bersifat privasi para Polwan ini yang akan bertanya,” ungkapnya.
Tito mengatakan, para Polwan sudah dilatih. Korban bisa ditanya untuk hal-hal yang privasi sepanjang kepentingannya untuk mengungkap motif dan alat bukti.
"Yang kalau kita enggak tanya, justru tersangkanya akan lolos," jelasnya.
Tapi, kata Tito, bila korbannya memiliki perasaan yang sensitif dan psikologis yang tidak stabil, maka Polwan memiliki beragam trik pendekatan sehingga korban bisa bercerita. Tapi ada juga, kata Tito, korban yang bisa menjelaskan secara terbuka. Pihaknya pun tak masalah.
“Ini yang sebetulnya ingin saya jelaskan,” tegasnya.
Dia berharap, agar dalam pernyataannya di BBC kala itu membuat persepsi bahwa Kapolri tak peduli korban perkosaan. Tito menegaskan dirinya sangat peduli dan mendorong pembentukan unit Pelayanan Perempuan dan Anak terbaru untuk menangani kasus khusus yang menimpa perempuan dan anak.
“Jangan salah. Ibu saya wanita, istri saya wanita, anak saya pun, putri saya pun, wanita. Mana mungkin saya enggak peduli sama wanita,” tandasnya.
medcom.id, Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian melakukan pertemuan dengan aktivis perempuan di rumah dinas Kapolri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 23 Oktober 2017 sore. Dalam pertemuan tersebut, Tito dan tamunya membahas perihal pernyataan Tito dalam wawancara dengan media BBC, yakni ‘Korban perkosaan bisa ditanya oleh penyidik 'apakah nyaman' selama perkosaan?’.
"Tadi saya menjelaskan bahwa wawancara yang saya lakukan dengan media itu, BBC, itu dilakukan dalam waktu yang cukup lama hampir satu jam. Dan topiknya sebenarnya bukan topik mengenai masalah kekerasan atau perkosaan, bukan," kata Tito, di rumah dinasnya, Senin malam.
Tito menjelaskan, kala itu permasalahan utama yang tengah dibicarakan adalah terkait terorisme, deradikalisasi, konflik Marawi, juga sejumlah isu lainnya dan kemajuan kepolisian.
Perihal tindakan kekerasan sekaual terhadap perempuan, lanjut Tito, adalah salah satu pembahasan terakhir. Yang kata Tito, terkait dengan peristiwa penggerebekan pesta sesama jenis berbalut bisnis Spa.
“Nah, saya ditanyakan, kenapa itu sampai ditindak? Saya menjawab bahwa ada Undang-undangnya, yaitu Undang-undang pornografi, kemudian apakah karena LGBT-nya? Secara hukum menilik hukum yang kuat hukum nasional, tapi merupakan persoalan sosial, persoalan kebudayaan, bahkan persoalan keagamaan karena adanya larangan-larangan dari beberapa sejumlah agama yang tegas melarang itu,” ungkapnya.
Dia menyatakan, prinsipnya polisi melakukan penegakan hukum kala itu selain untuk penertiban, juga untuk melakukan langkah proaktif demi mencegah konflik hingga berujung kekerasan.
"Nah kemudian ada pertanyaan-pertanyaan menyangkut masalah bahwa ada dugaan penyidik yang menanyakan hal-hal yang bersifat sangat privasi yang dianggap itu
humiliated melecehkan," paparnya.
Tito menyebut, kala itu wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris. Saat wawancara berlangsung, lanjut Tito, ada beberapa pertanyaan terkait pertanyaan privasi. Pertanyaan privasi, ungkap Tito, bisa ditanyakan sepanjang untuk mengungkap motif, dan untuk memenuhi barang bukti.
Tak hanya itu, Tito mencontohkan, pada kasus dugaan pemerkosaan, dimungkinkan hal yang sangat privat untuk ditanyakan.
"Mengenai masalah mungkin persetubuhan, adanya masalah paksaan, bahkan adakah persetujuan atas persetubuhan itu? Permeriksaan bisa sampai kepada pertanyaan-pertanyaan sensitif itu. Tentunya kita melihat semua itu kasuistis ya," terang dia .
Pasalnya, kata dia, tidak mungkin petugas setiap menemukan korban di tengah jalan berarti korban perkosaan. Yang kemudian dibawa ke rumah atau ke rumah sakit dan langsung diitanyakan hal privasi.
"Eh kamu gimana, suka enggak (diperkosa)? Ya jelas enggak begitu lah,” kata Tito mencontohkan.
Dia mengungkap, polisi memiliki trik khusus untuk memahami psikologi. Oleh karena itu, kata Tito, untuk menangani masalah perempuan dan anak ada unit khusus.
"Tujuannya untuk menangani kasus perempuan dan anak. Ini membuktikan Polri sangat concern terhadap pelindungan perempuan dan anak. Kalau ada pertanyaan-pertanyaan bersifat privasi para Polwan ini yang akan bertanya,” ungkapnya.
Tito mengatakan, para Polwan sudah dilatih. Korban bisa ditanya untuk hal-hal yang privasi sepanjang kepentingannya untuk mengungkap motif dan alat bukti.
"Yang kalau kita enggak tanya, justru tersangkanya akan lolos," jelasnya.
Tapi, kata Tito, bila korbannya memiliki perasaan yang sensitif dan psikologis yang tidak stabil, maka Polwan memiliki beragam trik pendekatan sehingga korban bisa bercerita. Tapi ada juga, kata Tito, korban yang bisa menjelaskan secara terbuka. Pihaknya pun tak masalah.
“Ini yang sebetulnya ingin saya jelaskan,” tegasnya.
Dia berharap, agar dalam pernyataannya di BBC kala itu membuat persepsi bahwa Kapolri tak peduli korban perkosaan. Tito menegaskan dirinya sangat peduli dan mendorong pembentukan unit Pelayanan Perempuan dan Anak terbaru untuk menangani kasus khusus yang menimpa perempuan dan anak.
“Jangan salah. Ibu saya wanita, istri saya wanita, anak saya pun, putri saya pun, wanita. Mana mungkin saya enggak peduli sama wanita,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)