Jakarta: Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan 'lapar' akan buku terjadi di perdesaan. Kondisi ini terjadi karena sulitnya mencari bahan bacaan.
"Sejatinya terjadi 'lapar' akan buku di perdesaan. Kalau kita ke desa, sulit sekali mencari bahan bacaan, kecuali buku mata pelajaran. Koran baru juga sulit ditemukan di desa," ujar Syarif usai penandatanganan kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di Jakarta, seperti dilansir Antara, Senin, 26 Maret 2018.
Syarif mengatakan pemerintah perlu mengetahui buku apa yang diperlukan masyarakat desa agar keahlian masyarakat menjadi bertambah. Penandatangan kerja sama itu, kata dia, adalah untuk mengatasi hal itu. Perpusnas berkomitmen memasok buku yang berdaya guna dan bermanfaat bagi peningkatan kapasitas masyarakat desa.
"Sehingga masyarakat bisa mengelola potensi sumber daya manusia yang ada di desa. Ini yang paling penting. Kita tidak bisa melihat buku itu sekadar banyak di Jakarta, Bandung, atau Surabaya, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa," kata dia.
Dalam penandatangan kerja sama tersebut, Perpusnas akan mengkaji budaya baca dan kebutuhan bahan bacaan masyarakat desa. Setelah tahu, pihaknya akan mempertemukan Kemendes PDTT, penerbit, dan penulis.
"Tugas kami memastikan Kemendes PDTT tidak kesulitan menemukan buku-buku yang bermanfaat bagi masyarakat desa," cetus dia.
Baca: Dana Desa Bisa untuk Membangun Perpustakaan Desa
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan penandatanganan nota kesepakatan sebagai upaya mengatasi rendahnya tingkat literasi di perdesaan.
"Dengan kerja sama ini kami berharap wawasan masyarakat semakin meningkat dan bisa dimanfaatkan untuk, misalnya, menanam jagung, beternak, dan sebagainya," kata Eko.
Ia mendorong pemerintah desa memanfaatkan dana desa untuk membangun perpustakaan dan membeli koleksi buku-buku yang bermanfaat untuk masyarakat desa.
"Kami mendorong desa, yang secara fisik sudah cukup, untuk membangun perpustakaan desa," kata dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/8ko0AzlK" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan 'lapar' akan buku terjadi di perdesaan. Kondisi ini terjadi karena sulitnya mencari bahan bacaan.
"Sejatinya terjadi 'lapar' akan buku di perdesaan. Kalau kita ke desa, sulit sekali mencari bahan bacaan, kecuali buku mata pelajaran. Koran baru juga sulit ditemukan di desa," ujar Syarif usai penandatanganan kerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di Jakarta, seperti dilansir
Antara, Senin, 26 Maret 2018.
Syarif mengatakan pemerintah perlu mengetahui buku apa yang diperlukan masyarakat desa agar keahlian masyarakat menjadi bertambah. Penandatangan kerja sama itu, kata dia, adalah untuk mengatasi hal itu. Perpusnas berkomitmen memasok buku yang berdaya guna dan bermanfaat bagi peningkatan kapasitas masyarakat desa.
"Sehingga masyarakat bisa mengelola potensi sumber daya manusia yang ada di desa. Ini yang paling penting. Kita tidak bisa melihat buku itu sekadar banyak di Jakarta, Bandung, atau Surabaya, tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa," kata dia.
Dalam penandatangan kerja sama tersebut, Perpusnas akan mengkaji budaya baca dan kebutuhan bahan bacaan masyarakat desa. Setelah tahu, pihaknya akan mempertemukan Kemendes PDTT, penerbit, dan penulis.
"Tugas kami memastikan Kemendes PDTT tidak kesulitan menemukan buku-buku yang bermanfaat bagi masyarakat desa," cetus dia.
Baca:
Dana Desa Bisa untuk Membangun Perpustakaan Desa
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan penandatanganan nota kesepakatan sebagai upaya mengatasi rendahnya tingkat literasi di perdesaan.
"Dengan kerja sama ini kami berharap wawasan masyarakat semakin meningkat dan bisa dimanfaatkan untuk, misalnya, menanam jagung, beternak, dan sebagainya," kata Eko.
Ia mendorong pemerintah desa memanfaatkan dana desa untuk membangun perpustakaan dan membeli koleksi buku-buku yang bermanfaat untuk masyarakat desa.
"Kami mendorong desa, yang secara fisik sudah cukup, untuk membangun perpustakaan desa," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)