Presiden Jokowi di Gedung DPR. ANT/M Agung Rajasa.
Presiden Jokowi di Gedung DPR. ANT/M Agung Rajasa.

Cerita Kapolri soal Presiden yang Memilih Ajudan asal Papua

Deny Irwanto • 17 Agustus 2017 01:27
medcom.id, Jakarta: Kapolri Jenderal Tito Karnavian membuka cerita saat Presiden Joko Widodo memilih Kombes Jhonny Edison Isir sebagai ajudan pribadi. Johnny merupakan ajudan presiden berdarah Papua pertama sepanjang sejarah Indonesia.
 
Posisi ajudan Presiden dari Polri sebelumnya kosong semenjak Brigadir Jenderal Listyo Sigit Prabowo dimutasi menjadi Kapolda Banten pada Oktober 2016. Tito bercerita, awal mula ketertarikan Presiden terhadap ajudan berdarah Papua dimulai saat Upacara Bhayangkara pada 10 Juli 2017 lalu.
 
"Waktu itu kan ada acara syukuran. Waktu acara syukuran itu, pak Presiden mungkin melihat ajudan saya Stefanus orang Papua. Kemudian, beliau menanyakan kepada saya. Kemudian beliau juga menyampaikan, saya juga ingin punya ajudan orang Papua," kata Tito di Mapolda Metro Jaya, Rabu 16 Agustus 2017.

Dalam kesempatan tersebut, Tito mengajukan sejumlah nama untuk diseleksi menjadi Ajudan Presiden. Saat itu pula Tito menyodorkan nama Jhonny, Akpol 1996 yang mempunyai prestasi menonjol.
 
Jhonny digambarkan Tito sebagai sosok cerdas dan berpengalaman menjadi Kapolres di daerah-daerah Papua dan juga di Jawa. Setelah diajukan dan menjalani tes, Jokowi pun setuju memilih Jhonny sebagai salah satu ajudan pribadinya yang baru. Ia mulai bertugas sejak kemarin, dan ikut mendampingi Presiden pada pidato kenegaraan di Gedung DPR Rabu 16 Agustus.
 
"Dia sudah mulai menjabat semenjak kemarin. Tadi sudah tampil di DPR waktu pidato kenegaraan di belakang beliau. Ya mudah-mudahan secara pribadi, ini satu sejarah. Sejarah pertama kali orang Papua bisa menjadi ajudan Presiden. Pertama juga orang dari polri ajudan Presiden orang Papua," jelas Tito.
 
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme itu menjelaskan, selain merupakan sejaran bagi tanah Papua, terpilihnya Jhonny telah menunjukan jika Presiden tidak pernah pilih kasih.
 
Menurut Tito, hal tersebut juga sudah menunjukan kecintaan Presiden terhadap putra Papua.
 
"Kemudian juga saya berpendapat bahwa presiden menunjukan nasionalisme beliau. Karena memilih orang dari papua. Kedua, yang beragama non-muslim, tiga lagi ajudan beliau kan muslim ya. Ini ada non-muslimnya. Sehingga pendapat saya itu beliau tidak melihat latar belakang itu, tapi nasionalisme beliau," pungkas Tito.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan