Hijriah, lantas dijadikan nama bagi penanggalan Islam.
Jika Masehi terdiri dari 365 atau 366 hari per tahun, maka Hijriyah cuma sekitar 354-355 hari. Titik beda itu muncul lantaran kalender Islam lebih konsisten mengitung awal hari atau tanggal sejak matahari terbenam.
Perbedaan lainnya, Hijriah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender qamariah (lunar). Konsekuensinya, akan lebih pendek 11 hari dibanding satu tahun kalender Masehi.
Hijriah diawali tanggal 1 Muharam. Jika pada tahun baru Masehi orang-orang ramai membicarakan tren resolusi, dalam Hijriah lebih dikenal jargon hijrah.
Hijrah kali ini lebih dimaknai sebagai tekad untuk bertransformasi kepada nilai yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Belakangan, makna hijrah seakan mengalami pergeseran. Hijrah, malah lebih dikenal sebagai keputusan seseorang untuk meninggalkan hiruk-pikuk dan keramaian, bahkan menghilang.
Ambil misal, fenomena hijrah di kalangan selebritis. Atau, maraknya pertanyaan generasi muslim millenial di media sosial, berupa kalimat "Kapan hijrah?"
Yang lebih ngeri, ada pula yang mengarahkan arti hijrah kepada tindak kekerasan. Problem serupa yang sering diterima lema jihad.
"Teroris mengajak pengikutnya untuk berhijrah dari dunia ke alam kematian dengan memberikan pengharapan masuk surga dengan mengorbankan diri mati menjadi pelaku bom bunuh diri," tulis Sukawarsini Djelantik, dalam Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional (2010).
Pemaknaan suci hijrah, bisa pula salah kaprah.
Baca: Awal Hijriah di Musim "Panas"
Jihad sosial
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan, salah kaprah jika hijrah dimaknai dengan melarikan diri dari kenyataan sosial.
"Hijrah bukan pelarian. Masyarakat justru adalah ladang jihad, tak boleh begitu saja ditinggalkan," kata Nasaruddin kepada Metrotvnews.com di Masjid Nursiah Daud Paloh, Jakarta, Rabu, 20 September 2017.
Nasaruddin lebih sepakat untuk memaknai hijrah dengan sederhana. Ia menyebut, hijrah adalah mengubah malas menjadi rajin, kecenderungan konsumtif ke niat produktif, kebiasaan berprasangka buruk ke positif thinking, kebiasaan provokatif menjadi agen penyebar kesejukan, atau dari segenap hal yang memprihatinkan menjadi membanggakan.
"Kekeliruan ini, sama seperti jihad yang melulu dimaknai perang. Padahal, jihad menghidupkan, bukan mematikan," kata dia.
Baca: 1 Muharam, Hari Tanpa Hoaks
Hijrah yang paling utama, kata guru besar bidang tafsir Alquran itu, adalah mempertebal keimanan dan kesabaran.
"Mari kita hijrah. Belajar menghadapi segala persoalan dengan kepala dingin, bijaksana, dan mendahulukan kemaslahatan orang banyak," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id