Jakarta: Anggapan bila terpapar virus korona sebagai aib masih menjangkiti sebagian masyarakat di tanah air. Namun lebih parahnya lagi, ada beberapa kepala daerah yang alergi ketika mengetahui warga di daerahnya terinfeksi covid-19.
Bahkan, menurut Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo bila ada warga yang terinfeksi covid-19 dinilai sebagai penyebab rusaknya kinerja kepala daerah.
"Itu dianggap sebagai aib dan dinilai kinerjanya jelek. Padahal tidak boleh digantikan ukurannya menjadi kinerja," tutur Windhu dalam acara forum diskusi Denpasar 12, pada Rabu, 14 Juli 2021, yang digelar secara daring.
Windhu menilai pangkal dari permasalahan pelik tersebut terdapat pada literasi yang sangat kurang tentang covid-19 dan penanganannya.
"Literasi tadi bukan hanya untuk masyarakat, tetapi untuk pejabat publik pengambil keputusan. Ini jujur saja literasinya sangat kurang tentang covid-19," ungkapnya.
Hal tersebut kata dia, terlihat dari cara pemimpin daerah dalam mengambil keputusan ketika mengetahui daerahnya terdapat kasus positif covid-19.
"Cara pimpinan daerah tampak takut kalau kasus itu tampak tinggi di daerahnya. Maka mereka testingnya tidak tinggi ," ujarnya
Berdasarkan penemuannya, Windhu mengatakan hal yang mengejutkan yaitu terdapat pejabat daerah yang sengaja menyembunyikan kasus terkonfirmasi positif covid-19.
"Di tengah-tengah meningkatnya kasus, ketika kasusnya ditemukan agak banyak itu juga ada yang disembunyikan," tandasnya. (Nuansa Islami)
Jakarta: Anggapan bila terpapar virus korona sebagai aib masih menjangkiti sebagian masyarakat di tanah air. Namun lebih parahnya lagi, ada beberapa kepala daerah yang alergi ketika mengetahui warga di daerahnya terinfeksi covid-19.
Bahkan, menurut Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo bila ada warga yang terinfeksi covid-19 dinilai sebagai penyebab rusaknya kinerja kepala daerah.
"Itu dianggap sebagai aib dan dinilai kinerjanya jelek. Padahal tidak boleh digantikan ukurannya menjadi kinerja," tutur Windhu dalam acara forum diskusi Denpasar 12, pada Rabu, 14 Juli 2021, yang digelar secara daring.
Windhu menilai pangkal dari permasalahan pelik tersebut terdapat pada literasi yang sangat kurang tentang covid-19 dan penanganannya.
"Literasi tadi bukan hanya untuk masyarakat, tetapi untuk pejabat publik pengambil keputusan. Ini jujur saja literasinya sangat kurang tentang covid-19," ungkapnya.
Hal tersebut kata dia, terlihat dari cara pemimpin daerah dalam mengambil keputusan ketika mengetahui daerahnya terdapat kasus positif covid-19.
"Cara pimpinan daerah tampak takut kalau kasus itu tampak tinggi di daerahnya. Maka mereka testingnya tidak tinggi ," ujarnya
Berdasarkan penemuannya, Windhu mengatakan hal yang mengejutkan yaitu terdapat pejabat daerah yang sengaja menyembunyikan kasus terkonfirmasi positif covid-19.
"Di tengah-tengah meningkatnya kasus, ketika kasusnya ditemukan agak banyak itu juga ada yang disembunyikan," tandasnya. (
Nuansa Islami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)