Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut permasalahan stunting menjadi sebuah neraka yang menghalangi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia jadi lebih berkualitas.
“Perlu saya sampaikan bahwa saat ini, kita sedang berusaha untuk menjauhkan keluarga kita dari neraka. Neraka tidak harus nanti setelah mati, tapi juga neraka dunia,” kata Menko PMK dalam konferensi pers Hari Keluarga Nasional 2023 di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa, 4 Juli 2023.
Menko PMK menekankan percepatan penurunan stunting saat ini menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Karena menurut SSGI 2022, angka prevalensinya ada di 21,6 persen atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang berada di angka 24,4 persen.
Masih tingginya angka itu, cukup menjadi tantangan karena dampak buruknya. Berdasarkan penjelasan Kementerian Kesehatan, stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
"Kalau ini (stunting) tidak diperangi, akan sulit (bagi kita) untuk menjadi negara maju dan kaitannua dengan prasyarat untuk menjadi negara maju itu bebas stunting," jelas Muhadjir.
Permasalahan kedua yang ia soroti adalah kemiskinan ekstrem, angka secara nasional kemiskinan ekstrem menurut data BPS pada Maret 2022, sebesar 2,04 persen atau 5,59 juta jiwa. Angka itu juga mengalami penurunan dari data Maret 2021 yang sebesar 2,14 persen atau 5,8 juta jiwa.
Terkait hal ini, pemerintah terus berupaya mengentaskan kemiskinan ekstrem yang menjadi salah satu penyebab stunting dengan menargetkan jadi nol persen pada 2024.
Muhadjir melanjutkan tantangan lain yang dihadapi berupa masih banyak penyakit sosial yang kian marak dan harus diwaspadai. Seperti penggunaan narkoba hingga adanya pikiran sesat yang berujung ekstrem seperti aksi terorisme.
Ketiga masalah itu dinilai menjadi tantangan besar yang harus dihadapi untuk mewujudkan Indonesia maju. Muhadjir meminta peringatan Hari Keluarga Nasional ke-30 Tahun 2023 yang puncak acaranya akan digelar di Banyuasin, Sumatra Selatan, pada 6 Juli itu, bisa jadi momentum semua pihak untuk terus memperkuat kerja sama dalam menciptakan keluarga berkualitas dan bahagia, serta bebas stunting.
"Pemerintah memiliki perhatian yang sangat serius dalam kaitannya dengan pembangunan keluarga. Kenapa keluarga ini penting? Karena keluarga ini unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, bahagia, maka negara itu secara teoritik juga akan bahagia," ujar Muhadjir.
Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (
Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut permasalahan
stunting menjadi sebuah neraka yang menghalangi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia jadi lebih berkualitas.
“Perlu saya sampaikan bahwa saat ini, kita sedang berusaha untuk menjauhkan keluarga kita dari neraka. Neraka tidak harus nanti setelah mati, tapi juga neraka dunia,” kata Menko PMK dalam konferensi pers Hari Keluarga Nasional 2023 di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa, 4 Juli 2023.
Menko PMK menekankan percepatan penurunan stunting saat ini menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Karena menurut SSGI 2022, angka prevalensinya ada di 21,6 persen atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang berada di angka 24,4 persen.
Masih tingginya angka itu, cukup menjadi tantangan karena dampak buruknya. Berdasarkan penjelasan Kementerian Kesehatan, stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
"Kalau ini (stunting) tidak diperangi, akan sulit (bagi kita) untuk menjadi negara maju dan kaitannua dengan prasyarat untuk menjadi negara maju itu bebas stunting," jelas Muhadjir.
Permasalahan kedua yang ia soroti adalah kemiskinan ekstrem, angka secara nasional kemiskinan ekstrem menurut data BPS pada Maret 2022, sebesar 2,04 persen atau 5,59 juta jiwa. Angka itu juga mengalami penurunan dari data Maret 2021 yang sebesar 2,14 persen atau 5,8 juta jiwa.
Terkait hal ini, pemerintah terus berupaya mengentaskan kemiskinan ekstrem yang menjadi salah satu penyebab stunting dengan menargetkan jadi nol persen pada 2024.
Muhadjir melanjutkan tantangan lain yang dihadapi berupa masih banyak penyakit sosial yang kian marak dan harus diwaspadai. Seperti penggunaan narkoba hingga adanya pikiran sesat yang berujung ekstrem seperti aksi terorisme.
Ketiga masalah itu dinilai menjadi tantangan besar yang harus dihadapi untuk mewujudkan Indonesia maju. Muhadjir meminta peringatan Hari Keluarga Nasional ke-30 Tahun 2023 yang puncak acaranya akan digelar di Banyuasin, Sumatra Selatan, pada 6 Juli itu, bisa jadi momentum semua pihak untuk terus memperkuat kerja sama dalam menciptakan keluarga berkualitas dan bahagia, serta bebas stunting.
"Pemerintah memiliki perhatian yang sangat serius dalam kaitannya dengan pembangunan keluarga. Kenapa keluarga ini penting? Karena keluarga ini unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, bahagia, maka negara itu secara teoritik juga akan bahagia," ujar Muhadjir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)