medcom.id, Surabaya: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJ) Indonesia Jawa Timur, terus memberikan pendampingan buat keluarga korban AirAsia QZ8501. Selama tiga hari mendampingi, kondisi kejiwaan keluarga korban sudah mulai stabil. Meski demikian, tantangan yang perlu dihadapi ke depan lebih berat.
"Saat ini mereka tidak menunjukan shok berat seperti 3 hari pertama di mana banyak yang menjerit-jerit, menangis terus menerus dan jenis stres akut lainnya," jelas seorang psikiater dari Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang yang tergabung dalam PDSKJ, Frilya Rachma Putri saat ditemui di sela memberikan pendampingan kepada keluarga korban di posko Antemortem Polda Jawa Timur, Surabaya, Kamis (1/1/2015).
Frilya menjelaskan, dia bersama tim PDSKJ memberikan pendampingan kepada seluruh keluarga korban dengan memberikan empati dan mendukung ketegaran dengan cara mendorong keluarga supaya menerima keadaan yang ada. Dan menghindari pertanyaan mengenai korban dan peristiwa sebelum maupun sesudahnya.
Meski awalnya tim tidak diterima namun setelah melakukan pendampingan dengan durasi 8 jam per tim, di mana dibagi dalam dua tim. Keluarga korban mau menerima pendampingan dan merasa terbantu dalam memperbaiki kejiwaan mereka.
Ke depan kata dia, kondisi yang sudah stabil harus tetap dijaga, hal ini semata menghindari stres akut hingga disorder pada salah seorang keluarga korban. Salah satu caranya kata Firlya dengan tidak memperbolehkan keluarga menerima informasi soal kejadian lewat televisi.
"Ke depan dari kondisi kejiwaan keluarga korban adalah tidak terlalu mengikuti cuplikan informasi yang bisa menyebabkan kesedihan mendalam. Itu seperti melihat cuplikan gambar, kondisi jenazah dan cerita saat kejadian jatuhnya pesawat," pungkasnya.
medcom.id, Surabaya: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJ) Indonesia Jawa Timur, terus memberikan pendampingan buat keluarga korban AirAsia QZ8501. Selama tiga hari mendampingi, kondisi kejiwaan keluarga korban sudah mulai stabil. Meski demikian, tantangan yang perlu dihadapi ke depan lebih berat.
"Saat ini mereka tidak menunjukan shok berat seperti 3 hari pertama di mana banyak yang menjerit-jerit, menangis terus menerus dan jenis stres akut lainnya," jelas seorang psikiater dari Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang yang tergabung dalam PDSKJ, Frilya Rachma Putri saat ditemui di sela memberikan pendampingan kepada keluarga korban di posko Antemortem Polda Jawa Timur, Surabaya, Kamis (1/1/2015).
Frilya menjelaskan, dia bersama tim PDSKJ memberikan pendampingan kepada seluruh keluarga korban dengan memberikan empati dan mendukung ketegaran dengan cara mendorong keluarga supaya menerima keadaan yang ada. Dan menghindari pertanyaan mengenai korban dan peristiwa sebelum maupun sesudahnya.
Meski awalnya tim tidak diterima namun setelah melakukan pendampingan dengan durasi 8 jam per tim, di mana dibagi dalam dua tim. Keluarga korban mau menerima pendampingan dan merasa terbantu dalam memperbaiki kejiwaan mereka.
Ke depan kata dia, kondisi yang sudah stabil harus tetap dijaga, hal ini semata menghindari stres akut hingga disorder pada salah seorang keluarga korban. Salah satu caranya kata Firlya dengan tidak memperbolehkan keluarga menerima informasi soal kejadian lewat televisi.
"Ke depan dari kondisi kejiwaan keluarga korban adalah tidak terlalu mengikuti cuplikan informasi yang bisa menyebabkan kesedihan mendalam. Itu seperti melihat cuplikan gambar, kondisi jenazah dan cerita saat kejadian jatuhnya pesawat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)