Jakarta: Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran, Muradi Clark, menilai pelaku bom Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, menggunakan pola lama. Target teror bukan aparat kepolisian.
“Ini kelompok baru, tapi lama. Sebab, mengembalikan pola target yaitu tidak lagi (menyasar) aparat keamanan,” kata Muradi kepada Medcom.id, Selasa, 30 Maret 2021.
Muradi mengatakan tren sasaran kelompok teroris dari warga sipil berubah ke polisi sejak 2010. Teroris yang menyerang warga sipil biasanya lebih dulu melumpuhkan aparat kepolisian di pola serangan baru.
“(Pola) itu agak berubah dan agak beda. Jadi saya kira kelompok baru tapi linkage (keterkaitan) lama, yaitu new JI (Jamaah Islamiyah),” papar dia.
Baca: Bom Makassar Dinilai Bermotif Balas Dendam
Muradi menyebut jaringan pelaku bom Makassar tidak memamerkan atau mengeklaim pengeboman di media sosial. Hal itu sejalan dengan karakteristik kelompok teroris terafiliasi JI.
“Kalau JAD (Jamaah Ansharut Daulah) kepingin show off (pamer). Tidak ada tuh (klaim serangan). Jadi faksi baru dengan pola lama,” ujar Muradi.
Bom bunuh diri dilakukan pasangan suami istri sekitar pukul 10.35 Wita, Minggu, 28 Maret 2021. Keduanya melakukan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dengan menggunakan sepeda motor.
Ledakan dari aksi bom bunuh diri tersebut melukai 19 orang. Belasan korban dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, RS Pelamonia, dan RS Akademis.
Jakarta: Guru Besar Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran, Muradi Clark, menilai pelaku bom Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, menggunakan pola lama. Target teror bukan aparat kepolisian.
“Ini kelompok baru, tapi lama. Sebab, mengembalikan pola target yaitu tidak lagi (menyasar) aparat keamanan,” kata Muradi kepada
Medcom.id, Selasa, 30 Maret 2021.
Muradi mengatakan tren sasaran kelompok
teroris dari warga sipil berubah ke polisi sejak 2010. Teroris yang menyerang warga sipil biasanya lebih dulu melumpuhkan aparat kepolisian di pola serangan baru.
“(Pola) itu agak berubah dan agak beda. Jadi saya kira kelompok baru tapi
linkage (keterkaitan) lama, yaitu
new JI (Jamaah Islamiyah),” papar dia.
Baca:
Bom Makassar Dinilai Bermotif Balas Dendam
Muradi menyebut jaringan pelaku bom Makassar tidak memamerkan atau mengeklaim pengeboman di media sosial. Hal itu sejalan dengan karakteristik kelompok teroris terafiliasi JI.
“Kalau JAD (Jamaah Ansharut Daulah) kepingin
show off (pamer). Tidak ada
tuh (klaim serangan). Jadi faksi baru dengan pola lama,” ujar Muradi.
Bom bunuh diri dilakukan pasangan suami istri sekitar pukul 10.35 Wita, Minggu, 28 Maret 2021. Keduanya melakukan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dengan menggunakan sepeda motor.
Ledakan dari aksi bom bunuh diri tersebut melukai 19 orang. Belasan korban dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, RS Pelamonia, dan RS Akademis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)