Pada 8 Agustus, Dinas Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan gempa megathrust lanjutan, setelah gempa sebesar 7.1 magnitudo di zona subduksi Nankai dan mengguncang wilayah selatan Jepang yang menimbulkan tsunami setinggi 31 cm.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkaca atas peristiwa gempa yang terjadi di Megathrust Nankai negeri matahari terbit tersebut, mengatakan bahwa tinggal menunggu waktu untuk gempa Megathrust menghantam Ibu Pertiwi di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Apa itu sebenarnya gempa Megathrust dan apa contohnya di sejarah Indonesia? Berikut informasinya yang telah dirangkum untuk sobat Medcom:
Apa itu Gempa Megathrust?
Berdasarkan Collins English Dictionary, adalah gempa yang terjadi di zona subduksi di sepanjang batas lempeng konvergen destruktif, di mana satu lempeng tertekan di bawah lempeng yang lain.
Istilah “Megathrust” disini mengacu pada sesar naik yang sangat besar yang biasanya terbentuk di zona subduksi. Gempa jenis ini disebut pemerintah Kanada sebagai jenis gempa terbesar di dunia yang dapat melampaui 9 magnitudo.
Dikarenakan besarnya gempa ini yang merubah bentuk dasar samudra, gempa ini berpotensi menyebabkan tsunami seperti yang terjadi di Jepang pada 8 Agustus.
Contoh Gempa Megathrust dalam Sejarah Indonesia
Contoh-contoh gempa Megathrust di Indonesia adalah yakni
Gempa Sumatera-Andaman di Indonesia (2004): 9.1 magnitudo
Gempa Aceh (2004) : 9.3 magnitudo
Gempa Nias (2005) : 8.6 magnitudo
Gempa Bengkulu (2007) : 8.5 magnitudo
Gempa Lombok (2018) : 7.0 magnitudo
Bagaimana Zona Subduksi di Indonesia?
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, zona subduksi membentang di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membelok di Kepulauan Maluku yang membentuk palung laut. Zona-zona subduksi tersebut adalah
Zona Subduksi Sunda: Terletak di sepanjang pantai barat Sumatra hingga selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
Zona Subduksi Makassar: Terletak antara pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Zona Subduksi Banda: Terletak di Laut Banda, dekat Kepulauan Maluku dan bagian timur Indonesia
Zona Subduksi Halmahera: Terletak di sekitar pulau Halmahera di bagian timur Indonesia
Zona Subduksi Sangihe-Talaud: Terletak di sekitar kepulauan Sangihe dan Talaud di Sulawesi Utara
Dikarenakan potensi kerusakan dan kerugian yang besar, antisipasi dan mitigasi segera dilakukan BMKG. Mereka memantau potensi gempa ini secara real time, melakukan analisis dan memodelkan menggunakan sistem InaTews (Indonesia Tsunami Early Warning System).
Jadi sobat tidak perlu terlalu khawatir, jika memang ada potensi gempa Megathrust dalam waktu dekat, BMKG akan menyebarluaskan informasi dan peringatan dini ke seluruh negeri.
(Riza Aslam Khaeron)
Pada 8 Agustus, Dinas Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan gempa
megathrust lanjutan, setelah gempa sebesar 7.1 magnitudo di zona subduksi Nankai dan mengguncang wilayah selatan
Jepang yang menimbulkan tsunami setinggi 31 cm.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) berkaca atas peristiwa gempa yang terjadi di
Megathrust Nankai negeri matahari terbit tersebut, mengatakan bahwa tinggal menunggu waktu untuk gempa
Megathrust menghantam Ibu Pertiwi di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Apa itu sebenarnya gempa
Megathrust dan apa contohnya di sejarah Indonesia? Berikut informasinya yang telah dirangkum untuk sobat Medcom:
Apa itu Gempa Megathrust?
Berdasarkan
Collins English Dictionary, adalah gempa yang terjadi di zona subduksi di sepanjang batas lempeng konvergen destruktif, di mana satu lempeng tertekan di bawah lempeng yang lain.
Istilah “
Megathrust” disini mengacu pada sesar naik yang sangat besar yang biasanya terbentuk di zona subduksi. Gempa jenis ini disebut pemerintah Kanada sebagai jenis gempa terbesar di dunia yang dapat melampaui 9 magnitudo.
Dikarenakan besarnya gempa ini yang merubah bentuk dasar samudra, gempa ini berpotensi menyebabkan tsunami seperti yang terjadi di Jepang pada 8 Agustus.
Contoh Gempa Megathrust dalam Sejarah Indonesia
Contoh-contoh gempa Megathrust di Indonesia adalah yakni
- Gempa Sumatera-Andaman di Indonesia (2004): 9.1 magnitudo
- Gempa Aceh (2004) : 9.3 magnitudo
- Gempa Nias (2005) : 8.6 magnitudo
- Gempa Bengkulu (2007) : 8.5 magnitudo
- Gempa Lombok (2018) : 7.0 magnitudo
Bagaimana Zona Subduksi di Indonesia?
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, zona subduksi membentang di sebelah barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membelok di Kepulauan Maluku yang membentuk palung laut. Zona-zona subduksi tersebut adalah
- Zona Subduksi Sunda: Terletak di sepanjang pantai barat Sumatra hingga selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara
- Zona Subduksi Makassar: Terletak antara pulau Kalimantan dan Sulawesi.
- Zona Subduksi Banda: Terletak di Laut Banda, dekat Kepulauan Maluku dan bagian timur Indonesia
- Zona Subduksi Halmahera: Terletak di sekitar pulau Halmahera di bagian timur Indonesia
- Zona Subduksi Sangihe-Talaud: Terletak di sekitar kepulauan Sangihe dan Talaud di Sulawesi Utara
Dikarenakan potensi kerusakan dan kerugian yang besar, antisipasi dan mitigasi segera dilakukan BMKG. Mereka memantau potensi gempa ini secara
real time, melakukan analisis dan memodelkan menggunakan sistem InaTews (
Indonesia Tsunami Early Warning System).
Jadi sobat tidak perlu terlalu khawatir, jika memang ada potensi gempa
Megathrust dalam waktu dekat, BMKG akan menyebarluaskan informasi dan peringatan dini ke seluruh negeri.
(Riza Aslam Khaeron) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(WAN)