Jakarta: Mayoritas penduduk Indonesia sudah tinggal di wilayah bebas virus malaria. Pemerintah terus berupaya agar seluruh wilayah Indonesia segera terbebas dari malaria, terutama kawasan timur.
“Sebanyak 77 persen penduduk Indonesia telah hidup di daerah bebas malaria dan sekitar 23 persen lainnya masih tinggal di daerah endemis malaria,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada Medcom.id, Selasa, 28 Maret 2020.
Nadia mengatakan endemis malaria tertinggi ada di kawasan timur Indonesia, yakni 216.380 kasus malaria di Papua, 12.909 kasus di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan 7.079 kasus di Papua Barat sepanjang 2019. Hanya satu daerah di luar wilayah timur yang menjadi wilayah endemi tinggi, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Namun, terang Nadia, tren kematian akibat malaria sedikit membaik. Tercatat, 49 orang meninggal pada 2019. Angka tersebut meningkat sedikit dibandingkan 2018 dengan 34 korban meninggal dan 74 korban jiwa pada 2017. Sementara itu, daerah yang steril dari Malaria hingga 2019 baru DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Di samping itu, Nadia menjelaskan ibu hamil dan balita menjadi kelompok yang rawan terjangkit malaria. Sebanyak 39 persen kasus malaria terjadi pada anak di bawah 15 tahun dan 14 persen balita sepanjang 2019.
“Sedangkan kasus ibu hamil tahun 2019 ada 1.769,” ucap dia.
Baca: Penderita Malaria di Papua Disebut Masih Tinggi
Kelompok masyarakat terpencil juga rawan terjangkit malaria. Sebanyak 63 kabupaten/kota mengalami stagnansi penurunan kasus malaria dalam lima tahun terakhir dan 19 kabupaten di antaranya kawasan hutan.
Nadia mengatakan fakta itu akan menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan sterilisasi malaria secara bertahap. Pemerintah akan mengajukan penilaian sertifikasi eliminasi malaria pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2030.
Pemerintah, terang dia, telah melakukan upaya eliminasi dengan mendistribusikan 10,7 juta kelambu anti nyamuk sejak 2014-2017. Pendistribusian kelambu akan kembali dilanjutkan pada tahun ini.
Pemerintah juga rutin menggelar program peninjauan malaria dengan melibatkan ahli. Hasil peninjauan bakal dijadikan acuan pemerintah dalam mempercepat penanganan malaria.
“Selambat-lambatnya pada 2030 Indonesia mencapai eliminasi bertahap,” tegas Nadia.
Jakarta: Mayoritas penduduk Indonesia sudah tinggal di wilayah bebas virus malaria. Pemerintah terus berupaya agar seluruh wilayah Indonesia segera terbebas dari malaria, terutama kawasan timur.
“Sebanyak 77 persen penduduk Indonesia telah hidup di daerah bebas malaria dan sekitar 23 persen lainnya masih tinggal di daerah endemis malaria,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada Medcom.id, Selasa, 28 Maret 2020.
Nadia mengatakan endemis malaria tertinggi ada di kawasan timur Indonesia, yakni 216.380 kasus malaria di Papua, 12.909 kasus di Nusa Tenggara Timur (NTT), dan 7.079 kasus di Papua Barat sepanjang 2019. Hanya satu daerah di luar wilayah timur yang menjadi wilayah endemi tinggi, yakni Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Namun, terang Nadia, tren kematian akibat malaria sedikit membaik. Tercatat, 49 orang meninggal pada 2019. Angka tersebut meningkat sedikit dibandingkan 2018 dengan 34 korban meninggal dan 74 korban jiwa pada 2017. Sementara itu, daerah yang steril dari Malaria hingga 2019 baru DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Di samping itu, Nadia menjelaskan ibu hamil dan balita menjadi kelompok yang rawan terjangkit malaria. Sebanyak 39 persen kasus malaria terjadi pada anak di bawah 15 tahun dan 14 persen balita sepanjang 2019.
“Sedangkan kasus ibu hamil tahun 2019 ada 1.769,” ucap dia.
Baca: Penderita Malaria di Papua Disebut Masih Tinggi
Kelompok masyarakat terpencil juga rawan terjangkit malaria. Sebanyak 63 kabupaten/kota mengalami stagnansi penurunan kasus malaria dalam lima tahun terakhir dan 19 kabupaten di antaranya kawasan hutan.
Nadia mengatakan fakta itu akan menjadi perhatian pemerintah untuk melakukan sterilisasi malaria secara bertahap. Pemerintah akan mengajukan penilaian sertifikasi eliminasi malaria pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2030.
Pemerintah, terang dia, telah melakukan upaya eliminasi dengan mendistribusikan 10,7 juta kelambu anti nyamuk sejak 2014-2017. Pendistribusian kelambu akan kembali dilanjutkan pada tahun ini.
Pemerintah juga rutin menggelar program peninjauan malaria dengan melibatkan ahli. Hasil peninjauan bakal dijadikan acuan pemerintah dalam mempercepat penanganan malaria.
“Selambat-lambatnya pada 2030 Indonesia mencapai eliminasi bertahap,” tegas Nadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)