Jakarta: Keberadaan Badan Penelitan dan Pengembangan Kementerian Agama dituntut menjadi lembaga semacam think tank bagi Kementerian Agama. Lembaga ini didorong terus menggalakkan moderasi beragama selain pengembangan sumber daya manusia.
"Untuk itu perlu dipikirkan dan didiskusikan secara serius oleh para ahli bagaimana Badan Litbang dan Diklat dapat bertransformasi menjadi Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia," kata Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag RI Suyitno dalam Expert Group Discussion bertajuk "Transformasi Badan Litbang dan Diklat Menuju Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia" di Jakarta, Senin, 12 Desember 2022.
Menurut Suyitno, demi mencapai transformasi kelembagaan perlu menjalankan Catur Program seperti yang dicanangkan. Istilah Catur digunakan lantaran mengandung filosofi sangat dalam. Sebagaimana dalam permainan catur, masing-masing-masing memiliki peran dan fungsi masing-masing.
"Catur ini dalam sekali filosonya. Di dalam permainan catur kita tahu ada Raja, Menteri, Gajah, Kuda, Benteng, dan pion yang masing-masing melangkah sesuai perannya dan tidak saling tumpang tindih. Jangan sampai ada Kapus rasa Kaban," ujarnya.
Sebagaimana raja dalam catur, seorang pemimpin juga butuh pertahanan. Karena itu dibutuhkan adanya pemetaan dan penataan Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga SDM yang tertata meningkatkan kekuatan sebuah lembaga.
"Fungsi kita sudah berubah sebagai badan penelitian dan pengembangan. Ini tantangan kita semua," kata Suyitno.
Catur Program yang dimaksud antara lain pertama, transformasi digital, kelembagaan, sarana dan prasarana. Kedua, pemetaan dan penataan SDM, ketiga, penguatan kebijakan bidang agama dan layanan keagamaan, keempat jamu zotas alias jaminan mutu dan zona integritas.
"Melalui transformasi ini kami menginginkan ada sacam BMKG di Kemenag yang dapat mantau keberadaan sekaligus mencegah ekstremisme dan terorisme sejak dini," kata Suyitno.
Sementara itu Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag RI,
HM Arfi Hatim menyampaikan apresiasi kepada kepala badan dan kepala kampus yang telah berkontribusi konkret dalam memajukan Puslitbang Diklat Kemenag RI.
"Sumbangsih pemikiran para peneliti dan para ahli dalam kurun waktu 47 tahun salah satunya termaktub dalam buku: Trilogi Kerukunan hingga Moderasi Beragama (1975-2022) yang terbit tahun ini," kata Arfi Hatim.
"Buku tersebut berisi produk-produk hasil kajian para peneliti, bahan moderasi beragama, serta testimoni dari berbagai pihak untuk meningkatkan layanan keagamaan di Kementerian Agama," sambungnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jakarta: Keberadaan Badan Penelitan dan Pengembangan
Kementerian Agama dituntut menjadi lembaga semacam
think tank bagi Kementerian Agama. Lembaga ini didorong terus menggalakkan moderasi beragama selain pengembangan sumber daya manusia.
"Untuk itu perlu dipikirkan dan didiskusikan secara serius oleh para ahli bagaimana Badan Litbang dan Diklat dapat bertransformasi menjadi
Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia," kata Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag RI Suyitno dalam Expert Group Discussion bertajuk "Transformasi Badan Litbang dan Diklat Menuju Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia" di Jakarta, Senin, 12 Desember 2022.
Menurut Suyitno, demi mencapai transformasi kelembagaan perlu menjalankan
Catur Program seperti yang dicanangkan. Istilah Catur digunakan lantaran mengandung filosofi sangat dalam. Sebagaimana dalam permainan catur, masing-masing-masing memiliki peran dan fungsi masing-masing.
"Catur ini dalam sekali filosonya. Di dalam permainan catur kita tahu ada Raja, Menteri, Gajah, Kuda, Benteng, dan pion yang masing-masing melangkah sesuai perannya dan tidak saling tumpang tindih. Jangan sampai ada Kapus rasa Kaban," ujarnya.
Sebagaimana raja dalam catur, seorang pemimpin juga butuh pertahanan. Karena itu dibutuhkan adanya pemetaan dan penataan Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga SDM yang tertata meningkatkan kekuatan sebuah lembaga.
"Fungsi kita sudah berubah sebagai badan penelitian dan pengembangan. Ini tantangan kita semua," kata Suyitno.
Catur Program yang dimaksud antara lain pertama, transformasi digital, kelembagaan, sarana dan prasarana. Kedua, pemetaan dan penataan SDM, ketiga, penguatan kebijakan bidang agama dan layanan keagamaan, keempat jamu zotas alias jaminan mutu dan zona integritas.
"Melalui transformasi ini kami menginginkan ada sacam BMKG di Kemenag yang dapat mantau keberadaan sekaligus mencegah ekstremisme dan terorisme sejak dini," kata Suyitno.
Sementara itu Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag RI,
HM Arfi Hatim menyampaikan apresiasi kepada kepala badan dan kepala kampus yang telah berkontribusi konkret dalam memajukan Puslitbang Diklat Kemenag RI.
"Sumbangsih pemikiran para peneliti dan para ahli dalam kurun waktu 47 tahun salah satunya termaktub dalam buku: Trilogi Kerukunan hingga Moderasi Beragama (1975-2022) yang terbit tahun ini," kata Arfi Hatim.
"Buku tersebut berisi produk-produk hasil kajian para peneliti, bahan moderasi beragama, serta testimoni dari berbagai pihak untuk meningkatkan layanan keagamaan di Kementerian Agama," sambungnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)