Megawati Soekarnoputri membuka WCF 2016 (Foto:Sekretariat WCF-Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud)
Megawati Soekarnoputri membuka WCF 2016 (Foto:Sekretariat WCF-Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud)

Megawati Soekarnoputri Buka WCF 2016

Lukman Diah Sari • 13 Oktober 2016 18:38
medcom.id, Bali: World Culture Forum (WCF) 2016 resmi dibuka. Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia kelima menyampaikan sambutannya di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Kamis (13/10/2016).
 
Ia menyampaikan, bagaimana tradisi dan budaya setiap bangsa dapat membentuk jati diri bangsa. "Melalui Forum Kebudayaan Dunia ini, saya mengajak Anda semua untuk berurun-rembuk. Bergotong royong pikiran dan gagasan, bagaimana tradisi dan budaya setiap bangsa membentuk jati diri bangsa. Terlebih dalam arus deras modernisasi, globalisasi, dan pasar bebas. Maka bangkitnya kebudayaan dapat membawa pencerahan dan sekaligus gelombang perubahan yang berperikemanusiaan, penuh solidaritas, serta berkeadilan sosial yang berbasis pada penghargaan terhadap ekosistem dan alam," kaya Megawati.
 
Tak hanya Megawati, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga hadir. Selain itu, sejumlah delegasi dan menteri-menteri kebudayaan dari negara tetangga pun datang, yaitu Jepang, Malaysia, Timor Leste, Singapura, dan Tiongkok.

Mengawali pembukaan acara berskala internasional ini, para tamu disuguhkan pertunjukan tari tradisonal anak-anak asal Jawa Timur yakni tari Jekgong. Acara dilanjutkan dengan pemukulan gong tiga kali oleh Megawati.
 
Kemudian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy memberikan kata sambutan. Dia mengatakan, WCF 2016 adalah sebuah pertemuan dunia untuk membahas, merancang, dan menempatkan budaya sebagai hulu dari pembangunan.
 
"Kita tidak bisa memungkiri bahwa kebudayaan merupakan unsur sentral yang terkandung dalam konsep pembangunan berkelanjutan," ujar Muhadjir, saat memberikan pidato pembukaan WCF 2016.
 
Saat ini, dunia sedang berhadapan dengan beragam konflik. Juga semakin meningkatnya rasisme dan prasangka terhadap kelompok atau kepercayaan, dan perbedaan budaya.
 
"Tantangan itu menunjukkan adanya permasalahan dalam irama kehidupan, di mana-mana. Perubahan teknologi, ekonomi, atau sosial tidak berjalan seiring dengan perubahan kebudayaan," ujarnya.
 
Muhadjir mengingatkan, pada WCF pertama yang diselenggarakan pada 2013, telah menghasilkan Janji Bali. Janji Bali pada dasarnya berisi komitmen untuk menempatkan kebudayaan sebagai pendorong, pemberdaya, dan pemerkaya pembangunan.
 
"Pada WCF 2016 ini, hendaknya berupaya menghasilkan komitmen yang lebih mendalam, sungguh-sungguh memerhatikan keanekaragaman budaya agar pusat pembangunan menjadi lebih inklusif," kata Muhadjir.
 
Sementara itu, Megawati dalam pembukaan WCF 2016 menyatakan harapannya agar melalui WCF 2016 dapat mengajak seluruh negara di dunia urun rembuk membangun berdasarkan kebudayaan. Megawati menghendaki semua negara dapat mencapai kesepakatan terkait masalah global agar menjadi tanggung jawab bersama. Dia mengingatkan untuk belajar dari masyarakat adat dalam memertahanan tradisi kearifan lokal. Selain bisa mempertahankan budaya, juga menjaga alam.
 
"Teknologi digital harus berwatak kebudayaan, semakin memanusiakan manusia. Teknologi digital seharusnya dapat memperkuat ikatan emosional antar bangsa, untuk menghargai perbedaan bukan sebagai ancaman, namun sebagai kekuatan," tutur Megawati.
 
Megawati menyakini, bila setiap negara membangkitkan kebudayaan dan mengkokohkan identitas jati diri bangsa, maka akan menciptakan tatanan dunia baru.
 
"Saya tegaskan, jalan kebudayaan itulah yang harus kita pilih untuk terciptanya sebuah tatanan dunia baru yang terbuka dan berkelanjutan," kata putri Presiden pertama RI, Soekarno, itu.
 
Usai memberikan sambutan, Megawati resmi membuka perhelatan WCF 2016 yang diselenggarakan sejak 10 Oktober sampai hari ini, 14 Oktober 2016, dengan melakukan pemukulan gong sebanyak tiga kali.
 
Sementara itu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, "World Culture Forum sebagai forum kebudayaan dunia merupakan upaya Indonesia memberi peran yang lebih penting bagi kebudayaan dalam era ini."
 
Hilmar Farid berharap, WCF bisa memberikan sumbangsih positif bagi dunia, di mana peserta WCF 2016 melakukan tiga proses penting yakni mengalami kembali, mengkonseptualisasi kembali, dan merayakan kembali arti kebudayaan.
 
"Forum ini bertujuan mendorong upaya pengarusutamaan kebudayaan, yakni dengan menempatkan kebudayaan sebagai hulu pembangunan. Melalui tema sentral Culture for an Inclusive Sustainable Planet, kami ingin menyatakan bahwa kebudayaan adalah fondasi penting dalam pembangunan," ucapnya.
 
"Kebudayaan sepatutnya menjadi landasan pembangunan, menjadi pendekatan, merencanakan pembangunan, dan tolok ukur evaluasi atas kinerja pembangunan," ucap Hilmar menambahkan.
 
WCF 2016 memiliki enam subtema simposium yang diisi 19 pembicara, 6 pembahas, dan 6 moderator pada masing-masing simposium. Peserta yang hadir sebanyak 1.307 orang yang berasal dari 63 negara. Pun dihadiri oleh 8 menteri kebudayaan atau pejabat setingkat menteri dari negara tetangga.
 
Tak hanya itu, pada WCF 2016 dilakukan kegiatan Internasional Youth Forum yang diikuti oleh 153 peserta dari 35 negara, serta kegiatan internasional Folk Dance Festival yang diikuti 351 orang peserta dari 13 negara.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ROS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan