Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyikapi maraknya hoaks atau berita bohong tentang penculikan anak. Hoaks akan berdampak pada psikologis orang tua dan anak.
"Orang tua yang memiliki anak pada satuan pendidikan dibuat panik hingga rela menunggu anak sekolah setiap hari. Beberapa orang tua bahkan sering ribut di Whatsapp grup karena kekhawatiran yang berlebihan dan agar menjadi perhatian oleh para orang tua siswa," kata Ketua KPAI Susanto dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 November 2018.
Susanto menjelaskan kondisi itu dapat menimbulkan pengawasan yang berlebihan pada orang tua dengan mengintimidasi, membentak, menekan, memaksa, dan mengatur secara ketat aktivitas anak. Tindakan itu semua dilakukan karena takut dengan penculikan.
"Sosialisasi dan kehidupan tumbuh kembang anak dikhawatirkan tidak berjalan secara wajar," ucap dia.
Susanto membeberkan, pemberitaan penculikan anak yang ramai belakangan ini tidak benar. Berita tentang penculikan anak diduga dilakukan perempuan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) di Kranji Bekasi.
"Informasi yang viral lainnya adalah drama penculikan dengan menahan anak, hal itupun peristiwa lampau dan telah diproses hukum pada tahun 2010 di Jambi," ujar Susanto.
KPAI meminta agar pihak kepolisian menindak tegas pelaku hoaks yang meresahkan masyarakat. Dinas Pendididikan dan Kantor Kementerian Agama daerah juga perlu memastikan agar kerja sama antara sekolah atau madrasah dengan orang tua peserta didik berjalan dengan baik. Sehingga isu dan berita penculikan tidak meresahkan orang tua dan anak.
"Orang tua tetap perlu berpikir bijak dan jernih agar kekhawatirannya tidak berlebihan dan berdampak pada tumbuh kembang anak. Rasa kekhawatiran yang berlebihan akan mengurangi kepercayaan diri anak bersosialisasi," tukas Susanto.
Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyikapi maraknya hoaks atau berita bohong tentang penculikan anak. Hoaks akan berdampak pada psikologis orang tua dan anak.
"Orang tua yang memiliki anak pada satuan pendidikan dibuat panik hingga rela menunggu anak sekolah setiap hari. Beberapa orang tua bahkan sering ribut di
Whatsapp grup karena kekhawatiran yang berlebihan dan agar menjadi perhatian oleh para orang tua siswa," kata Ketua KPAI Susanto dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 November 2018.
Susanto menjelaskan kondisi itu dapat menimbulkan pengawasan yang berlebihan pada orang tua dengan mengintimidasi, membentak, menekan, memaksa, dan mengatur secara ketat aktivitas anak. Tindakan itu semua dilakukan karena takut dengan penculikan.
"Sosialisasi dan kehidupan tumbuh kembang anak dikhawatirkan tidak berjalan secara wajar," ucap dia.
Susanto membeberkan, pemberitaan penculikan anak yang ramai belakangan ini tidak benar. Berita tentang penculikan anak diduga dilakukan perempuan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) di Kranji Bekasi.
"Informasi yang viral lainnya adalah drama penculikan dengan menahan anak, hal itupun peristiwa lampau dan telah diproses hukum pada tahun 2010 di Jambi," ujar Susanto.
KPAI meminta agar pihak kepolisian menindak tegas pelaku hoaks yang meresahkan masyarakat. Dinas Pendididikan dan Kantor Kementerian Agama daerah juga perlu memastikan agar kerja sama antara sekolah atau madrasah dengan orang tua peserta didik berjalan dengan baik. Sehingga isu dan berita penculikan tidak meresahkan orang tua dan anak.
"Orang tua tetap perlu berpikir bijak dan jernih agar kekhawatirannya tidak berlebihan dan berdampak pada tumbuh kembang anak. Rasa kekhawatiran yang berlebihan akan mengurangi kepercayaan diri anak bersosialisasi," tukas Susanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)