medcom.id, Jakarta: Operasi pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 masih berlangsung. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), waktu terbaik untuk pencarian dan pengangkatan badan pesawat ada di pagi hari.
Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem BMKG Muhammad Fadli menjelaskan, pada pagi hari cuaca dan gelombang laut mendukung operasi SAR AirAsia QZ8501. Cuaca baik itu tidak bertahan lama. Beranjak siang hingga malam cuaca berubah memburuk.
"Kita sudah informasikan ke Basarnas, waktu ideal (pencarian) itu pagi hari karena kondisi kondusif. Baik cuaca yang cenderung cerah berawan maupun gelombang laut yang dibawah 1 knot," kata Muhammad Fadli di kantor BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (26 /1/2015).
Fadli menjelaskan, kondisi ideal tersebut tidak bertahan lama. Karena pada siang hingga sore hari berpotensi terbentuk awan Cumulonimbus (Cb) di selatan Selat Karimata. Efeknya adalah hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
"Awan Cb tetap ada di siang hingga sore hari, tapi tidak dalam bentuk besar. Di lokasi operasi awan Cb hanya membentuk kluster-kluster kecil dengan potensi hujan ringan hingga sedang. Gelombang juga naik antara 1,5-2 meter," kata Fadli.
AirAsia QZ8501 hilang kontak Minggu, 28 Desember 2014 pukul 07.24, ketika tengah mengudara dari Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, menuju Changi, Singapura. Pesawat mengangkut 162 penumpang plus awak.
medcom.id, Jakarta: Operasi pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501 masih berlangsung. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), waktu terbaik untuk pencarian dan pengangkatan badan pesawat ada di pagi hari.
Kepala Sub Bidang Cuaca Ekstrem BMKG Muhammad Fadli menjelaskan, pada pagi hari cuaca dan gelombang laut mendukung operasi SAR AirAsia QZ8501. Cuaca baik itu tidak bertahan lama. Beranjak siang hingga malam cuaca berubah memburuk.
"Kita sudah informasikan ke Basarnas, waktu ideal (pencarian) itu pagi hari karena kondisi kondusif. Baik cuaca yang cenderung cerah berawan maupun gelombang laut yang dibawah 1 knot," kata Muhammad Fadli di kantor BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (26 /1/2015).
Fadli menjelaskan, kondisi ideal tersebut tidak bertahan lama. Karena pada siang hingga sore hari berpotensi terbentuk awan Cumulonimbus (Cb) di selatan Selat Karimata. Efeknya adalah hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
"Awan Cb tetap ada di siang hingga sore hari, tapi tidak dalam bentuk besar. Di lokasi operasi awan Cb hanya membentuk kluster-kluster kecil dengan potensi hujan ringan hingga sedang. Gelombang juga naik antara 1,5-2 meter," kata Fadli.
AirAsia QZ8501 hilang kontak Minggu, 28 Desember 2014 pukul 07.24, ketika tengah mengudara dari Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, menuju Changi, Singapura. Pesawat mengangkut 162 penumpang plus awak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)