Ilustrasi petani di Cirebon/Antara/Rezza Estily.
Ilustrasi petani di Cirebon/Antara/Rezza Estily.

Bentuk Antisipasi Masyarakat dalam Menghadapi Fenomena El Nino

Nur Azizah • 02 Februari 2016 07:25
medcom.id,Jakarta: Kenaikan suhu hingga 1,44 derajat celsius berdampak pada perubahan iklim yang cukup ekstrim. Seperti kekeringan yang melanda beberapa tempat dan ketidakpastian musim tanam padi.
 
Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan mengatakan, Indonesia akan dilanda El Nino usai anomali iklim La Nina. EL Nino adalah kondisi di mana temperatur global meningkat. Dodo mengatakan El Nino akan menguat pada pertengahan 2016.
 
"Karena El Nino pola iklim tidak menentu sehingga petani kesulitan menentukan masa tanam," kata Dodo usai mengisi seminar Predicting Ecteme dalan Festival Iklim di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (1/2/2016).

Berdasarkan data BMKG, El Nino terjadi di Indonesia tahun 1997 dan 1998. Ini merupakan catatan sejarah yang dapat dijadikan pelajaran, pada tahun tersebut, hutan dan lahan terbakar sangat luas serta berdampak pada pencemaran udara asap yang menimbulkan masalah kesehatan, gagal panen, dan impor beras tinggi.
 
Dalam kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, untuk antisipasi dampak El Nino, petani harus menanam padi lebih awal dari biasanya. Pihaknya juga akan bekerjasama dengan petani untuk membuat embung alias kolam menampung air.
 
"Selain embung, sodetan juga perlu untuk mencegah kekeringan dan gagal panen," ungkap Darmin.
 
Selain itu, Darmin juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meminimalisir penggunaan emisi karbon.
 
"Emisi harus dikurangi. Fokusnya tidak hanya pada hutan saja. Tapi juga menimalisir penggunaan energi di bidang industri, transportasi, dan limbah," tandas Darmin.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan