medcom.id, Jakarta: Percobaan kudeta dari sebagian kelompok di internal Militer Turki beberapa waktu lalu gagal Total. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berhasil menggagalkan percobaan kudeta tersebut.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku, Polri akan banyak belajar dari fenomena negeri dua benua tersebut. Tito mengatakan kuncinya adalah keberpihakan rakyat.
"Kita lihat kasus di Turki. Dengan mata kepala sendiri, kita bisa menganalisis. Bahwa kekuatan suatu bangsa, ternyata bukan karena tank, pesawat, helikopter, senjata yang menewaskan ratusan warga sipil. Semua itu cepat tumbang dan gagal ketika publik turun ke jalan membela pimpinan yang dipercaya mereka. Jadi kepercayaan publik adalah senjata yang terpenting dan terkuat di negara demokrasi. Ini juga jadi bahan pelajaran bagi kami sebagai polisi," kata Tito di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016).
Tito mengatakan polisi selama ini mempunyai dua jenis senjata. Yaitu senjata hukum dengan bejibun pasal-pasal yang bisa dikenakan kepada tersangka, dan senjata api atau senjata lainnya untuk bertempur dengan penjahat.
"Tapi itu tidak ada artinya, kalau publik tidak mendukung. Karena begitu publik tidak mendukung, turun ke jalan, tidak mungkin kita menembak saudara kita sendiri. Karena itu, kami berusaha membangun Polri untuk agar lebih baik dan dipercaya publik. Itulah senjata terkuat," tegas dia.
Dalam kepemimpinannya ini, Tito akan berusaha keras mengikis habis seluruh faktor yang membuat Polri kehilangan kepercayaan dari publik. Di antaranya tindak pidana korupsi di internal Polri, kekerasan eksesif, budaya arogan kekuasaan dan lain-lain.
"Ini jadi tugas bagi saya selaku pimpinan untuk membawa agar tingkat kepercayaan publik kepada Polri untuk naik kembali," tandas dia.
medcom.id, Jakarta: Percobaan kudeta dari sebagian kelompok di internal Militer Turki beberapa waktu lalu gagal Total. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berhasil menggagalkan percobaan kudeta tersebut.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku, Polri akan banyak belajar dari fenomena negeri dua benua tersebut. Tito mengatakan kuncinya adalah keberpihakan rakyat.
"Kita lihat kasus di Turki. Dengan mata kepala sendiri, kita bisa menganalisis. Bahwa kekuatan suatu bangsa, ternyata bukan karena tank, pesawat, helikopter, senjata yang menewaskan ratusan warga sipil. Semua itu cepat tumbang dan gagal ketika publik turun ke jalan membela pimpinan yang dipercaya mereka. Jadi kepercayaan publik adalah senjata yang terpenting dan terkuat di negara demokrasi. Ini juga jadi bahan pelajaran bagi kami sebagai polisi," kata Tito di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/7/2016).
Tito mengatakan polisi selama ini mempunyai dua jenis senjata. Yaitu senjata hukum dengan bejibun pasal-pasal yang bisa dikenakan kepada tersangka, dan senjata api atau senjata lainnya untuk bertempur dengan penjahat.
"Tapi itu tidak ada artinya, kalau publik tidak mendukung. Karena begitu publik tidak mendukung, turun ke jalan, tidak mungkin kita menembak saudara kita sendiri. Karena itu, kami berusaha membangun Polri untuk agar lebih baik dan dipercaya publik. Itulah senjata terkuat," tegas dia.
Dalam kepemimpinannya ini, Tito akan berusaha keras mengikis habis seluruh faktor yang membuat Polri kehilangan kepercayaan dari publik. Di antaranya tindak pidana korupsi di internal Polri, kekerasan eksesif, budaya arogan kekuasaan dan lain-lain.
"Ini jadi tugas bagi saya selaku pimpinan untuk membawa agar tingkat kepercayaan publik kepada Polri untuk naik kembali," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MBM)