medcom.id, Jakarta: Cendekiawan Muslim Muhammad Quraish Shihab, 71, pernah dituding "menjilat" Keluarga Cendana. Tudingan itu muncul karena ceramah yang ia sampaikan saat peringatan 40 hari wafatnya istri Mantan Presiden Soeharto, Tien Hartinah Soeharto.
Kala itu, Quraish menyebut, kebaikan Ibu Tien dan jasanya mendirikan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Rumah Sakit Dharmais, dan Perpustakaan Nasional, dapat mengantar sang ibu negara menuju surga. Namun, kondisi politik yang sedikit panas jelang pemilu 1997 membuat banyak pihak menanggapi sinis ceramahnya itu.
Namun, pernyataan Quraish bukan tanpa alasan. Kata dia, saat suasana duka menyelimuti, agamawan harus memberikan penawar dan berprasangka baik pada Tuhan.
Ia pun mengutip sabda Nabi Muhammad S.A.W, bahwa seorang istri yang meninggal dan direlakan suaminya, maka dia akan masuk surga. Apalagi, jika banyak kebaikan yang ditinggalkan.
"Nabi mengajarkan agar kita hanya menyebut kebaikan yang wafat. Dalam konteks ibu Tien, siapa pun tahu bahwa TMII, Rumah Sakit Dharmais, dan Perpustakaan Nasional, sangat bermanfaat bagi bangsa ini. Salahkah saya jika mengucapkan itu?" tutur Quraish.
Tien Soeharto meninggal 28 April 1996. Quraish sedang melaksanakan ibadah haji saat istri Mantan Presiden Soeharto itu berpulang. Seminggu setelah meninggal, Quraish tiba di Indonesia. Ia pun langsung melayat ke Kediaman Keluarga Cendana.
Sejak itu, setiap malam hingga hari ke 40, Quraish selalu ada di sisi Pak Harto untuk berdoa dan memimpin tahlilan. Ia pun kemudian rutin memimpin pengajian setiap bulan bersama Keluarga Cendana.
Cerita tersebut dikutip dari buku Cahaya, Cinta, dan Canda Quraish Shihab karya Mauluddin Anwar, Latief Siregar, dan Hadi Mustofa yang diterbitkan Lentera Hati.
medcom.id, Jakarta: Cendekiawan Muslim Muhammad Quraish Shihab, 71, pernah dituding "menjilat" Keluarga Cendana. Tudingan itu muncul karena ceramah yang ia sampaikan saat peringatan 40 hari wafatnya istri Mantan Presiden Soeharto, Tien Hartinah Soeharto.
Kala itu, Quraish menyebut, kebaikan Ibu Tien dan jasanya mendirikan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Rumah Sakit Dharmais, dan Perpustakaan Nasional, dapat mengantar sang ibu negara menuju surga. Namun, kondisi politik yang sedikit panas jelang pemilu 1997 membuat banyak pihak menanggapi sinis ceramahnya itu.
Namun, pernyataan Quraish bukan tanpa alasan. Kata dia, saat suasana duka menyelimuti, agamawan harus memberikan penawar dan berprasangka baik pada Tuhan.
Ia pun mengutip sabda Nabi Muhammad S.A.W, bahwa seorang istri yang meninggal dan direlakan suaminya, maka dia akan masuk surga. Apalagi, jika banyak kebaikan yang ditinggalkan.
"Nabi mengajarkan agar kita hanya menyebut kebaikan yang wafat. Dalam konteks ibu Tien, siapa pun tahu bahwa TMII, Rumah Sakit Dharmais, dan Perpustakaan Nasional, sangat bermanfaat bagi bangsa ini. Salahkah saya jika mengucapkan itu?" tutur Quraish.
Tien Soeharto meninggal 28 April 1996. Quraish sedang melaksanakan ibadah haji saat istri Mantan Presiden Soeharto itu berpulang. Seminggu setelah meninggal, Quraish tiba di Indonesia. Ia pun langsung melayat ke Kediaman Keluarga Cendana.
Sejak itu, setiap malam hingga hari ke 40, Quraish selalu ada di sisi Pak Harto untuk berdoa dan memimpin tahlilan. Ia pun kemudian rutin memimpin pengajian setiap bulan bersama Keluarga Cendana.
Cerita tersebut dikutip dari buku Cahaya, Cinta, dan Canda Quraish Shihab karya Mauluddin Anwar, Latief Siregar, dan Hadi Mustofa yang diterbitkan Lentera Hati. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)