medcom.id, Bangkok: Militer Thailand telah mengumumkan mengambil alih pemerintahan, dengan demikian semua penyiaran dan TV Kabel hanya membawa satu sinyal, yakni tayangan militer pemerintahan.
Channel berita umum termasuk CNN, masih bisa tayang secara off air. Namun, untuk Cartoon Network dan Thai PBS tidak bisa mengudara seperti biasa. Lagu patriotik terus berdengung dengan logo militer yang dominan.
Ketika arus informasi dari saluran tradisional seperti TV dan radio diblokir, banyak warga mencari allternatif lain untuk mencari informasi maupun memperbarui kabar terkini. Di mana saat orang-orang secara umum dibatasi, mereka akhirnya terhubung di duni maya. seperti Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, Google+, dan aplikasi pesan lainnya.
Editor Asia di The NExt Web, Jon Russell, telah tinggal di Thailand selama lima tahun. Ia sempat menulis bahwa,"Thailand belum takut untuk menyensor media sosial di masa lalu."
"Saya akan terkejut bila para tentara akan menyensor media sosial, karena menurut saya itu adalah langkah yang sangat buruk," jelas Russell.
Menurutnya, mereka (Kelompok Militer Thailand-RED) telah banyak dikritik oleh masyarakat internasional terhadap apa yang mereka lakukan. Pemblokiran internet, adalah sarana yang mengerikan. "Mereka akan kehilangan lebih banyak dibanding memperoleh keuntungan saat melakukan hal tersebut."
Sebelumnya, pada 2007 Thailand telah melarang Youtube, karena dianggap menyinggung raja. Menurut laporan berita, pada 2011 pemerintah Thailand juga meminta Facebook untuk menghapus materi yang dianggap menghina Monarki. (CNN)
medcom.id, Bangkok: Militer Thailand telah mengumumkan mengambil alih pemerintahan, dengan demikian semua penyiaran dan TV Kabel hanya membawa satu sinyal, yakni tayangan militer pemerintahan.
Channel berita umum termasuk CNN, masih bisa tayang secara
off air. Namun, untuk
Cartoon Network dan
Thai PBS tidak bisa mengudara seperti biasa. Lagu patriotik terus berdengung dengan logo militer yang dominan.
Ketika arus informasi dari saluran tradisional seperti TV dan radio diblokir, banyak warga mencari allternatif lain untuk mencari informasi maupun memperbarui kabar terkini. Di mana saat orang-orang secara umum dibatasi, mereka akhirnya terhubung di duni maya. seperti
Youtube, Facebook, Twitter, Instagram, Google+, dan aplikasi pesan lainnya.
Editor Asia di
The NExt Web, Jon Russell, telah tinggal di Thailand selama lima tahun. Ia sempat menulis bahwa,"Thailand belum takut untuk menyensor media sosial di masa lalu."
"Saya akan terkejut bila para tentara akan menyensor media sosial, karena menurut saya itu adalah langkah yang sangat buruk," jelas Russell.
Menurutnya, mereka (Kelompok Militer Thailand-RED) telah banyak dikritik oleh masyarakat internasional terhadap apa yang mereka lakukan. Pemblokiran internet, adalah sarana yang mengerikan. "Mereka akan kehilangan lebih banyak dibanding memperoleh keuntungan saat melakukan hal tersebut."
Sebelumnya, pada 2007 Thailand telah melarang
Youtube, karena dianggap menyinggung raja. Menurut laporan berita, pada 2011 pemerintah Thailand juga meminta Facebook untuk menghapus materi yang dianggap menghina Monarki. (CNN)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ALB)