medcom.id, Jakarta: Sorotan media Singapura terhadap deretan pilihan jam tangan Panglima TNI Moeldoko yang bernilai tinggi menimbulkan pertanyaan bagaimanakah ia mampu membeli dan mengoleksi jam tangan bernilai ratusan hingga miliaran rupiah itu.
Dalam artikel yang dimuat Mothership.SG pada Selasa (22/4/2014), Moeldoko disebut memiliki beberapa jam tangan bermerek, semisal Richard Mille RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph Black Kite dan IWC Pilot’s Watch Chronograph Top Gun Miramar yang harganya mencapai Rp5 miliar.
Salah satu yang bisa menjadi dasar adalah Moeldoko disebut-sebut memang memiliki kekayaan besar yang ia dapat dari orang tuanya. Berdasarkan laporan harta kekayaan penyelenggara negara yang dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi, Moeldoko ditaksir memiliki harta sebesar Rp36 miliar.
Pria kelahiran Kediri 56 tahun lalu itu bahkan sempat mengaku bahwa dirinya beruntung memiliki istri dari keluarga kaya. "Jadi begini, saya sering ke luar negeri. Itu operasi ke luar negeri sehari US$125. Kan besar itu. Alhamdulillah saya dapat istri anak orang kaya. Kalau saya dikasih orang tua saya harta warisan kan boleh saja, masak enggak boleh," ujar Moeldoko di sela sesi istirahat menjalani fit and proper test di Komisi I DPR, Jakarta, 21 Agustus 2013.
Menurut Moeldoko, sejak menikah dengan sang istri, Koesni Harningsih, mertua sang jenderal sudah memberi pesan agar Moeldoko fokus saja pada pekerjaan. "Mertua saya sudah pesan, kamu (Moeldoko) jangan mikirin yang lain, pikirin tugas dengan sebaik-baiknya. Semuanya kita akan beresin. Alhamdulillah kan itu," jelas Moeldoko sambil tertawa.
"Memangnya tentara tidak boleh kaya? Yang penting kan dari mana memperoleh kekayaan, benar tidak?" kata ayahanda Randy Bimantoro yang menjadi pengusaha di Bandung dan Joanina Rachma yang saat ini masih menempuh pendidikan di Inggris.
Selain itu, perjalanan Moeldoko di dunia militer juga terbilang gemilang. Ia merupakan alumnus Akabri 1981 dengan predikat terbaik dan berhak meraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa. Selama karier militernya, Moeldoko juga banyak memperoleh tanda jasa yaitu Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Dharma Santala, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan XIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Wira Dharma, dan Satya Widya Sista.
Operasi militer yang pernah diikuti antara lain Operasi Seroja Timor-Timur pada 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Selandia Baru (1983 dan 1987), Singapura dan Jepang (1991), Irak-Kuwait (1992), Amerika Serikat, dan Kanada.
Pada 15 Januari, Moeldoko meraih gelar doktor Program Pascasarjana Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia dengan desertasinya Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan). Ia lulus dan mendapatkan gelar tersebut dengan predikat sangat memuaskan.
Sidang Paripurna DPR-RI pada 27 Agustus 2013 menyetujui jenderal asal Kediri tersebut sebagai Panglima TNI baru pengganti Laksamana Agus Suhartono. Ia adalah KSAD terpendek dalam sejarah militer di Indonesia seiring pengangkatan dirinya sebagai panglima.
medcom.id, Jakarta: Sorotan media Singapura terhadap deretan pilihan jam tangan Panglima TNI Moeldoko yang bernilai tinggi menimbulkan pertanyaan bagaimanakah ia mampu membeli dan mengoleksi jam tangan bernilai ratusan hingga miliaran rupiah itu.
Dalam artikel yang dimuat Mothership.SG pada Selasa (22/4/2014), Moeldoko disebut memiliki beberapa jam tangan bermerek, semisal Richard Mille RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph Black Kite dan IWC Pilot’s Watch Chronograph Top Gun Miramar yang harganya mencapai Rp5 miliar.
Salah satu yang bisa menjadi dasar adalah Moeldoko disebut-sebut memang memiliki kekayaan besar yang ia dapat dari orang tuanya. Berdasarkan laporan harta kekayaan penyelenggara negara yang dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi, Moeldoko ditaksir memiliki harta sebesar Rp36 miliar.
Pria kelahiran Kediri 56 tahun lalu itu bahkan sempat mengaku bahwa dirinya beruntung memiliki istri dari keluarga kaya. "Jadi begini, saya sering ke luar negeri. Itu operasi ke luar negeri sehari US$125. Kan besar itu. Alhamdulillah saya dapat istri anak orang kaya. Kalau saya dikasih orang tua saya harta warisan kan boleh saja, masak enggak boleh," ujar Moeldoko di sela sesi istirahat menjalani fit and proper test di Komisi I DPR, Jakarta, 21 Agustus 2013.
Menurut Moeldoko, sejak menikah dengan sang istri, Koesni Harningsih, mertua sang jenderal sudah memberi pesan agar Moeldoko fokus saja pada pekerjaan. "Mertua saya sudah pesan, kamu (Moeldoko) jangan mikirin yang lain, pikirin tugas dengan sebaik-baiknya. Semuanya kita akan beresin. Alhamdulillah kan itu," jelas Moeldoko sambil tertawa.
"Memangnya tentara tidak boleh kaya? Yang penting kan dari mana memperoleh kekayaan, benar tidak?" kata ayahanda Randy Bimantoro yang menjadi pengusaha di Bandung dan Joanina Rachma yang saat ini masih menempuh pendidikan di Inggris.
Selain itu, perjalanan Moeldoko di dunia militer juga terbilang gemilang. Ia merupakan alumnus Akabri 1981 dengan predikat terbaik dan berhak meraih penghargaan bergengsi Bintang Adhi Makayasa. Selama karier militernya, Moeldoko juga banyak memperoleh tanda jasa yaitu Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Dharma Santala, Satya Lencana Kesetiaan XXIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan XIV tahun, Satya Lencana Kesetiaan VIII tahun, Satya Lencana Seroja, Satya Lencana Wira Dharma, dan Satya Widya Sista.
Operasi militer yang pernah diikuti antara lain Operasi Seroja Timor-Timur pada 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Selandia Baru (1983 dan 1987), Singapura dan Jepang (1991), Irak-Kuwait (1992), Amerika Serikat, dan Kanada.
Pada 15 Januari, Moeldoko meraih gelar doktor Program Pascasarjana Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia dengan desertasinya Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan). Ia lulus dan mendapatkan gelar tersebut dengan predikat sangat memuaskan.
Sidang Paripurna DPR-RI pada 27 Agustus 2013 menyetujui jenderal asal Kediri tersebut sebagai Panglima TNI baru pengganti Laksamana Agus Suhartono. Ia adalah KSAD terpendek dalam sejarah militer di Indonesia seiring pengangkatan dirinya sebagai panglima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)