medcom.id, Jakarta: Ujian nasional berbasis komputer di SMPK 2 Penabur Jakarta dibagi menjadi dua sesi. Meski begitu, soal yang digunakan di sesi pertama takkan menyebar di sesi kedua.
"Masing-masing komputer kan soalnya lain-lain. Nanti juga sesi berikutnya beda lagi. Jadi tak perlu khawatir," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Furqon di SMPK 2 Penabur, Jalan Pembangunan III, Jakarta Pusat, Senin (4/5/2015).
Minim kebocoran memang menjadi kelebihan penyelenggaraan UN berbasis komputer. Furqon berharap di kemudian hari sistem ujian nasional lebih canggih. "Ke depan (soal UN) bisa sistem acak," ungkapnya.
SMPK 2 Penabur satu-satunya sekolah tingkat pertama di Jakarta yang menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer. Ada 190 siswa yang mengikuti ujian. Sebanyak 105 komputer disiapkan di tiga ruang kelas.
Pemerintah menetapkan ujian nasional tak lagi jadi penentu kelulusan siswa. Pemerintah berharap siswa tak hanya dinilai dari hasil ujian, tetapi juga integritasnya.
Anies Baswedan (kedua kanan) memaparkan persiapan ujian nasional SMA, Jakarta, Kamis 9 April. Antara Foto/Yudhi Mahatma
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan, integritas siswa lebih penting dibandingkan nilai ujian nasional.
"Bangga nilai tinggi tapi ternyata indeks integritasnya rendah, ini bikin malu. Mending integritas tinggi karena terhormat dalam mengerjakan UN," kata Anies, beberapa waktu lalu.
Anies berharap, dengan ditetapkannya peraturan baru itu, siswa tak lagi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai tinggi.
"Kompetisi untuk memiliki nilai tinggi itu baik, tetapi jangan membiasakan anak menghalalkan segala cara. Kalau tetap dibiarkan, nanti muncul masalah," ujarnya.
medcom.id, Jakarta: Ujian nasional berbasis komputer di SMPK 2 Penabur Jakarta dibagi menjadi dua sesi. Meski begitu, soal yang digunakan di sesi pertama takkan menyebar di sesi kedua.
"Masing-masing komputer kan soalnya lain-lain. Nanti juga sesi berikutnya beda lagi. Jadi tak perlu khawatir," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Furqon di SMPK 2 Penabur, Jalan Pembangunan III, Jakarta Pusat, Senin (4/5/2015).
Minim kebocoran memang menjadi kelebihan penyelenggaraan UN berbasis komputer. Furqon berharap di kemudian hari sistem ujian nasional lebih canggih. "Ke depan (soal UN) bisa sistem acak," ungkapnya.
SMPK 2 Penabur satu-satunya sekolah tingkat pertama di Jakarta yang menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer. Ada 190 siswa yang mengikuti ujian. Sebanyak 105 komputer disiapkan di tiga ruang kelas.
Pemerintah menetapkan ujian nasional tak lagi jadi penentu kelulusan siswa. Pemerintah berharap siswa tak hanya dinilai dari hasil ujian, tetapi juga integritasnya.
Anies Baswedan (kedua kanan) memaparkan persiapan ujian nasional SMA, Jakarta, Kamis 9 April. Antara Foto/Yudhi Mahatma
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan, integritas siswa lebih penting dibandingkan nilai ujian nasional.
"Bangga nilai tinggi tapi ternyata indeks integritasnya rendah, ini bikin malu. Mending integritas tinggi karena terhormat dalam mengerjakan UN," kata Anies, beberapa waktu lalu.
Anies berharap, dengan ditetapkannya peraturan baru itu, siswa tak lagi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai tinggi.
"Kompetisi untuk memiliki nilai tinggi itu baik, tetapi jangan membiasakan anak menghalalkan segala cara. Kalau tetap dibiarkan, nanti muncul masalah," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)