Masyarakat adat Papua berkumpul menggunakan pakaian adat masing-masing. Foto: Antara/Yudhi Mahatma.
Masyarakat adat Papua berkumpul menggunakan pakaian adat masing-masing. Foto: Antara/Yudhi Mahatma.

Minim Penutur, 25 Bahasa di Indonesia Hampir Punah

Damar Iradat • 01 November 2015 08:46
medcom.id, Jakarta: Sebanyak 25 bahasa di Indonesia berstatus hampir punah. Terbanyak bahasa-bahasa daerah di Maluku dan Papua.
 
Menurut pakar linguistik Universitas Indonesia Prof. Dr. Multamia Lauder, hal ini terjadi karena ada banyak bahasa di Indonesia bagian timur. Sementara, jumlah penutur bahasa itu sendiri tak banyak.
 
"Ada bahasa yang penuturnya hanya enam, 50, atau 500, keadaan ini berbanding terbalik dengan Indonesia barat, sedikit bahasa, tapi banyak penutur," kata Multamia, Sabtu(31/10/2015).

Bahasa yang berstatus hampir punah itu adalah Aputai, Burumakok, Duriankere, Emplawas, Kaibobo, Kanum, Badi, Kayupulau, Kembra dan Kwerisa. Selain itu, ada bahasa Lengilu, Lolak, Melayu Bacan, Mandar, Massep, Mlap, Morori, Namla, Paulohi, Petjo, Ratahan, Salas, Taje, Tobati dan Woria.
 
Bahkan, menurut catatan Multamia, ada 13 bahasa yang sudah punah karena sudah tidak ada lagi penuturnya. Bahasa tersebut yakni, bahasa Hoti, Hukumina, Hulung, Loun, Mapia, Moksela, Naka'ela, Nila, Palumata, Saponi, Serua, Ternateno dan Te'un.
 
Selain itu, Multamia juga mencatat ada delapan bahasa yang berstatus dorman, atau tidak aktif. Menurutnya, bahasa-bahasa tersebut masih ada, tapi bukan untuk berkomunikasi sehari-hari.
 
"Penuturnya tidak ada, tapi masih terpakai sebagai bahasa untuk identitas atau upacara adat," jelas dia.
 
Multamia menambahkan, perlu kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, setempat, dan lembaga pendidikan setingkat universitas untuk mendatangi tiap daerah dan melihat permasalahan yang ada. Masyarakat juga perlu dilibatkan dalam pelestarian bahasa.
 
Indonesia memiliki 706 bahasa dan 266 di antaranya berstatus bermasalah. Untuk pelestarian bahasa diperlukan keterlibatan banyak pihak dan juga dana.
 
Sejauh ini, terdapat les untuk beberapa bahasa yang bermasalah karena masyarakat tidak ingin bahasa tersebut mati. Namun, untuk beberapa kasus bahasa yang memiliki sedikit penutur, pelestarian sangat sulit dilakukan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan