Karhutla melanda Gampong Kruen. Dokumentasi/ istimewa
Karhutla melanda Gampong Kruen. Dokumentasi/ istimewa

BMKG Prediksi Karhutla pada 2024 Tidak Separah Tahun Lalu

Atalya Puspa • 16 Maret 2024 02:06
Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2024 tidak akan separah saat 2023. Hal itu disebabkan telah melemahnya el nino menuju netral pada periode Mei, Juni, Juli 2024 dan akan beralih menjadi la nina lemah pada Juli, Agustus, September 2024.
 
“Memang tahun ini tidak akan sekering 2023. Tapi musim kemarau akan hadir dan kita harus mewaspadai potensi adanya karhutla,” kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Jumat, 15 Maret 2024.
 
Sebagai informasi, berdasarkan data yang diakses di laman sipongi.menlhk.go.id, luas karhutla pada 2023 tercatat seluas 1,1 juta hektare. Adapun, wilayah dengan luas kebakaran paling besar di antaranya Kalimantan Selatan 190.394 hektare, kalimantan Tengah 165.896 hektare, Papua Selatan 150.813 hektare, Sumatra Selatan 132.082 hektare dan Kalimantan Barat 111.848 hektare.

Ardhasena melanjutkan pada periode Juli, Agustus, dan September 2024, ada sejumlah daerah yang perlu wasapda akan potensi terjadinya karhutla, terutama di daerah-daerah yang memiliki lahan gambut. Misalnya pada Juli 2024, memasuki puncak musim kemarau monsunal di beberapa wilayah, masih terdapat pola yang sama seperti bulan sebelumnya, namun dengan peningkatan intensitas dan luasan yang jauh lebih signifikan.
 
Baca: Musim Kemarau di Indonesia Diprediksi Mundur, Baru Mulai April 2024

Beberapa wilayah dengan potensi karhutla risiko menengah dan risiko tinggi yang paling rawan di antaranya Provinsi Riau, Sumatra Selatan, Jambi, Lampung, Sumatra Utara dan Nusa Tenggara Timur.
 
“Lalu pada periode Agustus hingga September 2024, saat puncak musim kemarau monsunal di beberapa wilayah, terdapat perluasan sekaligus perpindahan wilayah dengan potensi karhutla, baik kategori risiko menengah maupun risiko tinggi,” ucap Ardhasena.
 
Kemudian terdapat peningkatan yang signifikan untuk wilayah rawan di Pulau Sumatra pada Agustus dan perluasan potensi karhutla ke wilayah Pulau Kalimantan bagian selatan, Sumatra Selatan, dan Jambi. Wilayah tersebut menjadi wilayah dengan kelas risiko paling luas pada periode terkait.
 
“Lalu wilayah Nusa Tenggara, Pulau Jawa bagian timur dan Papua bagian selatan menjadi wilayah-wulayah dengan kelas risiko tiggi paling signifikan pada September,” pungkas dia.
 
Berkaitan dengan karhutla, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan pihaknya berperan di bidang pencegahan karhutla. Salah satu wilayah yang menjadi fokus utama pencegahan ialah Riau. Upaya pencegahan yang dilakukan ialah dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC),
 
“BMKG bekerja sama dengan pemilik lahan dan pemerintah daerah. Kami juha telah menerima peraturan presiden bahwa perlu dibentuk kedeputian khusus di BMKG yang tugasnya mengoordinasikan penerapan TMC untuk pencegahan. Saat ini kami proses untuk mengisi SDM, kalau organisasi dan wadahnya sudah ada, lalu SDM-nya kita formalkan dan kami bekerja sama dengan BRIN untuk hal ini,” jelas Dwikorita.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan