Ilustrasi. medcom.id
Ilustrasi. medcom.id

Dirayakan Setiap 8 Syawal, Ini Asal Muasal Tradisi Lebaran Ketupat di Indonesia

Adri Prima • 29 April 2023 13:27
Jakarta: Di Indonesia ada satu tradisi yang dilakukan sepekan setelah Idul Fitri yang biasa disebut lebaran ketupat
 
Lebaran Ketupat atau Riyoyo Kupat adalah tradisi peringatan hari raya Idul Fitri di Indonesia. Tradisi ini lebih banyak dirayakan oleh masyarakat di pulau Jawa.
 
Lebaran Ketupat biasanya dilaksanakan pada hari keenam setelah hari raya Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal dengan ditandai memakan Ketupat. 

Makna lebaran ketupat


Melansir NU Online, bagi masyarakat Jawa, perayaan tradisi lebaran ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan. Di Klaten, Jawa Tengah, lebaran ketupat ini dikenal dengan sebutan kenduri ketupat.  

Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Sehingga dengan ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut. 
 
Banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat ini. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer,” yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. 
 
Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. Warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian, setelah mohon ampun dari kesalahan. 

Pertama kali diperkenalkan Sunan Kalijaga


Berdasarkan catatan sejarah, tradisi Lebaran Ketupat diperkenalkan Sunan Kalijaga. Budayawan Zastrouw Al-Ngatawi mengatakan, tradisi kupatan muncul pada era Wali Songo dengan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di kalangan masyarakat Nusantara.
 
Tradisi ini kemudian dijadikan sarana mengenalkan ajaran Islam mengenai cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi.  

Seperti Apa Perayaannya? 


Saat perayaan, masyarakat membawa ketupat ke tempat kenduri di dalam rumah. Ketupat ini sebelumnya sudah ditata bersama dengan beragam sayur, sambal goreng, hingga bubuk kedelai. 
 
Kemudian ketupat akan didoakan bersama-sama sebagaimana filosofi ketupat sebagai bentuk permintaan maaf kepada Allah SWT.  
 
Lalu, saat prosesi ngaku lepat dilakukan, biasanya masyarakat akan melaksanakan sungkeman, atau bersimpuh memohon maaf, kepada orang yang lebih tua. Dengan melakukan sungkeman, diharapkan masyarakat bisa belajar mengenai pentingnya rasa menghormati dan menghargai orang yang lebih tua.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan